Pak Presiden ingin mengajak kabinetnya merasakan “habitat” presiden yang sarjana kehutanan. Suatu hari diputuskan semua kabinet berangkat ke hutan yang masih perawan. Namanya hutan, jelas saja masih jauh dari fasilitas lengkap termasuk penerangan.
Malam pertama saat asyik panggang-panggang, belum masuk rapat, listrik yang dipasok mendadak ngadat dan padam, gelap gulita, apalagi panggangannya memang belum membesar baranya.
Ibu-ibu anggota kabinet tentu saja khawatir, mau teriak sungkan, presiden yang tahu persis meneriaki pampampres dan protokoler, “Obor, mana obor, cepat......” tegas namun mendesak untuk bergegas.
Kapolri: “Maaf Bapak Presiden masih dalam penyidikan, semua sudah sesuai prosedur...” jawabnya tergagap dan keringat dingin mengucur deras, wajah pucat pasi, untung saja gelap gulita.
Wapres: “PLN ini memang payah, kurang terus pasokan alasannya.....” gerutu bernada canda pak wapres.
Menko RR: wah wapres nyindir aku nih, sialan nih mau aku ajak debat rugi, di tengah hutan siapa yang akan lihat kecerdasanku.
Presiden: “Mana obor-nya, masak minyak juga tidak ada?”
Kapolri: menghembuskan nafas lega setelah ngeh apa yang dimaui presiden.
Men. ESDM: “Maaf Bapak Presiden minyak sedang murah tidak usah khawatir, kita bulan ini tidak perlu menaikan harga lagi, posisi aman.” Jawabnya dengan gugup.
Presiden: “Siapa yang minta penyidikan, harga minyak, ini lho obor lampu untuk ibu menteri kasihan gelap...............”