Angkutan darat, terutama di kota besar menyumbang banyak hal. Aktivitas dan pergerakan masyarakat banyak menggunakan alat transportasi. Alat yang sama juga menyumbang persoalan ketika tidak mengunakan pengelolaan yang memadai. Kemacetan karena tidak disiplin di dalam menaik-turunkan penumpang, keselamatan yang terabaikan karena kebut-kebutan dan alat transportasi yang tidak terpelihara, dan banyak lagi.
Gagasan gubernur Jakarta periode mendatang ialah adanya sistem penggajian bagi sopir dan kru angkutan umum. Ide cemerlang. Dengan demikian awak angkutan umum tidak lagi perlu kerjar-kejaran dan pendapatan pasti. Beberapa hal yang mengguntungkan dengan gagasan ini.
1.Awak angkutan mendapatkan penghasilan yang tetap. Dengan demikian keselamatan penumpang lebih terjamin. Dia tidak akan ugal-ugalan karena mengejar penumpang dan setoran. Mengendarai dengan baik, karena pendapatan yang terjamin, kru tidak akan ngebut di jalur yang gemuk (banyak penumpang) dan akan pelan di jalur sepi. Dengan demikian kondisi kendaraan terjaga dan terawat.
2.Setoran bukan segalanya, akan mengawasi keselamatan bersama. Penggunaan alat komunikasi untuk sms dan telepon saat berkendara akan berkurang karena tidak lagi ribet berurusan dengan mencari celah antara angkutan di depan dan belakangnya.
3.Kenyamanan penumpang menjadi baik. Penghasilan bukan lagi ditentukan oleh banyaknya sedikitnya penumpang, maka kru tidak akan menjejali armadanya dengan sebanyak-banyaknya penumpang.
4.Kesejahteraan yang terjamin dan pasti akan mengurangi emosi, gesekan, ugal-ugalan, dan tindak emosional negatif lainnya akan terkikis pelan-pelan.
Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian ialah:
1.Selama ini pendapatan pengusaha selalu sama, stabil, dan tidak mau tahu, pokoknya mau sepi atau ramai ialah X rupiah, apakah dengan pendekatan ini mereka mau, keuntungannya terpotong. Mereka tidak akan rugi, hanya saja keuntungannya akan naik turun. Ini berkaitan dengan mentalitas untung sebanyak-banyaknya, dan bagaimana anak buah mencari itu urusan kalian. Akan berbeda ketika angkutan itu menjadi wewenang penuh pemda, sehingga swasta hanya akan bermain pada level bagi hasil.
2.Mentalitas penghasilan yang banyak, kru angkutan perlu pembenahan mental sehingga melihat uang yang banyak tidak tergoda untuk mengambil. Berbeda kalau semua sudah menggunakan tiket elektronik.
3.Pungli di mana-mana, terminal, tidak pernah mengecek angkutan, kru, penumpang hanya menarik uang jasa, timmer atau mandor di jalanan yang sangat merugikan, oknum-oknum yang berbagai dalih namun mendapatkan banyak keuntungan dibalik kerja keras kru angkutan.
Harapan itu selalu ada, janganlah belum diterapkan sudah diberikan doa dan penghakiman pasti gagal.
Salam Damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H