Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Kesatria itu Bernama Norman

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panas terik matahari sedang membakar kota, ada seorang polisi menepikan motornya di bawah pohon, tidal lama berselang ada truk juga menepi tidak jauh darinya. Bincang-bincang sejenak, berlalu begitu saja. Apa yang terjadi di sana hanya Tuhan dan mereka berdua. Menyaksikan dari kejauhan tingkah itu, jadi ingat apa yang beberapa hari ini ramai di media mengenai kehidupan mantan Brimob, Saudara Norman.

Pembicaraan mengenai Saudara Norman yang dikatakan korban media, melepaskan jabatan di kepolisian (karena banyak yang berlomba-lomba masuk, juga TNI, dan PNS, yang menggiurkan), sok pengin nyeleb, mengejar popularitas semu, dan banyak lagi argumen yang dikemukakan. Bahkan ada sebuah komentar di media yang menuntut media untuk bertanggung jawab.

Mundur bentuk ksatria seorang Briptu Norman, waktu itu. Dia ingin konsern dengan dunia hiburan. Pilihan yang patut diapresiasi karena keberaniannya.

Kehidupannya sekarang menjadi penjual bubur, sama sekali tidak ada yang hina justru bermartabat. Tanpa seragam hitamnya tetap bisa hidup dan maaf bahkan seratus persen halal.

Pada kondisi berbeda, di saat yang hampir bersamaan, ada heboh mengenai oknum perwira polisi yang ditangkap polisi negara tetangga dengan tuduhan menyelundupkan sabu dan berdagang sabu. Entah mengapa kapolri yang pada awalnya menyatakan silakan hukum mati, pada akhirnya malah menjemput (bukan kapolri tentunya), dan kelihatannya kabur dibawa angin kasus ini. Merdia ada yang menelisik dan mengungkap beberapa peristiwa perwira ini. Kawin cerai hingga tiga kali, menjual  sebagian barang bukti, istrinya dekat dengan gembong narkoba, dan banyak kisah lain.

Salah satu polres mengadakan pemeriksaan urin dan didapati sebagian anggota positif menggunakan narkoba. Hukuman yang diberikan adalah pendidikan polisi bahasa halus diplonco di lapangan.

Norman berani melepaskan seragamnya dan menghidupi dirinya dengan tindakan satria dan halal. Masih banyak yang berseragam namun berjiwa kerdil, preman, dan arogan. Masih lagi dibayari oleh negara. Jerih payah Norman termasuk yang membayari mantan-mantan rekannya yang masih berjiwa preman berseragam.

Salam Damai




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline