Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Hebatnya FPI, Menebar Kebencian, SARA, dan Kekerasan

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

FPI kembali menebarkan terornya, mengatasnamakan Umat Islam, menolak Ahok menjadi gubernur DKI. Apa pretasi luar biasa FPI sehingga bisa sekian lama berdiri, menebarkan keresahan, dan kebencian dengan leluasa, tanpa ada tindakan satupun. Bahkan mendapatkan angin segar ketiak mendagri menyatakan lebih baik kepala daerah merangkul dan memfasilitasi untuk bekerjasama dengan kelompok ini.

Kekerasan demi kekerasan di luar koridor hukum yang sah sebagai warga negara yang sudah seharusnya tunduk kepada hukum positif negara bukan hukum bar-bar menurut penafsiran mereka sendiri.

Menghajar orang di taman Monas mengenai Ahmadiyah, negara abai, mengadakan sweeping dengan seragam kebesaran, pedang, penthung, dan  teriakan-teriakan yang sangat tidak layak, ketika mengadakan perusakan dan kekerasan dengan menyebut Asma Allah.

Kali ini sudah keterlaluan karena mengingkari keberagaman untuk dipaksakan seragam. Kodrat yang selalu berbeda hendak diseragamkan. Apa salahnya Tionghoa sekaligus Kristen, dibandingkan “pribumi, sekaligus Islam” namun korup? Mengapa mereka tidak pernah teriak-teriak tolak Surya Dharma Ali sebagai menteri agama, saat belum mundur (Maaf Pak SDA, bukan merendahkan Anda, namun sebagai contoh faktual saja), atau Sutan Batu Gana yang diduga korupsi begitu banyak, mengapa FPI diam dan tidak bertindak? Saat Ustad Hilmi dinyatakan tersangka, terdakwa, dan terpidana, juga mengapa FPI tidak membentangkan spanduk menolak keberadaan, atau minta penghilangan keustadan karena tindakan yang sama sekali tidak mencerminkan citra seorang ustad dengan korupsi?

Belum pernah menyatakan korupsi sebagai bagian perjuangan FPI untuk dimusnahkan, apakah kejahatan hanya berkaitan dengan pluralisme yang dipahami secara sesat dan sempit, agama lain, suku lain, dan kaitan dengan seksualitas semata, minuman keras? Mengapa Tionghoa dimusuhi sedang etnis Arab dipuja, ini Indonesia, bukan jazirah Arab.

Bukan masalah etnis dan darah, namun kebaikan, kebenaran, dan harkat manusia adalah manusia. manusia adalah manusia bukan persoalan Arab, Afrika, Eropa, Asia, Jawa, dan sebagainya. Manusia yang beradab berbeda dengan yang biadab, bukan yang sipit pasti berbeda dengan yang bulat.

Kalau Bapak Ahok dipermasalahkan sikapnya yang keras, ini sih bisa-bisanya mencari cara agar tidak mencolok menodai Bhineka Tunggal Ika, kasar, kejam mana Bapak Ahok dengan cara FPI memukuli orang sedang beribadat dan mencari makan? Cara mencari makan yang salah mengapa orangnya yang dihajar?

FPI bukan organisasi yang boleh hidup dan berkembang di Indonesia seharusnya, karena dasarnya bukan lagi Pancasila. Pancasila hanya menjadi kedok, ketika dalam keseharian sama sekali tidak ada unsur-unsur Pancasila yang dihidupi dan digunakan dalam perjuangannya.

Selalu mengatasnamakan Islam, namun belum pernah mereka melakukan kerja yang bernafas keagamaan, selain kekerasan. Pengajian, menyantuni fakir miskin, berqurban ketika Idul Qurban, atau kegiatan positif lainnya dengan tanpa kekerasan.

Selalu menyatakan anti barat dan Israel, namun selalu saja memanfaatkan produk-produk barat dan Israel. FB jelas-jelas diciptakan, dimiliki, dan dikelola oleh anak muda Yahudi, mengapa kalian mau memakai. Selalu saja mengatakan orang lain munafik, namun dirinya memakai standart ganda. Ketika untung boleh, namun saat merugikan, minimal tidak memberi kontribusi teriak-teriak menghujat dan menyatakan sesat dan kafir. Memakai produk-produk barat seperti internet, handphone, itu boleh dan bahkan bangga, namun dalam waktu yang sama menghujat, mengkafir-kafirkan, menyatakan sesat perlu dibasmi, darahnya boleh ditumpahkan.

Salam Damai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline