Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Tom and Jerry versus Tukang Bubur Naik Haji

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semua tahuTom n Jerry merupakan kartun yang lucu, meskipun penuh nuansa kekerasan. Tidak baik bagi anak. Boleh dan setuju, namun ada persaudaraan dan tidak tega akan kematian satu sama lain, pada akhir “perseteruan lucunya.” Menonton Tom n Jerry sejak kecil, mahasiswa, hingga tua seperti sekarang mungkin menonton episode yang sama puluhan kali. Sama sekali tidak mempengaruhi rasa di dada/hati yang merasa berdebar dan merasa sakit.

Saya memang tidak pernah nonton dan tahu sama sekali mengenai Little Krisna. Tidak bisa berkomentar sama sekali.

KPI harus juga melihat secara jeli mengenai sinetron-sinetron RCTI yang dikemas dengan istilah-istilah keagamaan, namun berisi penuh dengan dendam, iri hati, balas dendam, mata melotot, uangkapan kasar sama sekali tidak ditutup, anak kecil yang diperintah oleh ibunya membanting barang yag dipegang. Cermati mulai pukul 17 sore hari hingga tengah malah isinya semua demikian. Iklan penuh, bahkan lebih lama iklan dibandingkan durasi cerita. Ada dua hal yang buruk secara terstruktur, masif, dan sistematis menyajikan kerusakan, dan langsung moral yaitu menggunakan jargon-jargon agama, pakaian agama, seperti pemain perempuan selalu memakai jilbab, aktor menggunakan baju koko, peci, adanya acara sholat, pernikahan yang melecehkan, salam setiap telephon  dan masuk rumah, namun isinya justru bukan kebaikan. Ironis sekali pakaian keagamaan istilah keagamaan digunakan untuk pewartaan kejahatan. Kedua sikap permusuhan, pertikaian, balas dendam, berebut pacar bagi sinetron remaja dan harta bagi sinetron yang lebih dewasa.

Lebih parah lagi sinetron terbaru RCTI dan Sinemart mengenai sekolah bertulis highschool, namun mengajarkan seperti model the master, ada naik sapu, pertikaian memperebutkan cewek, guru yang melotot namun tidak berwibawa, iri, dengki, dan irasional, jam tayang pukul 17-an jelas-jelas anak-anak dan remaja tentunya menyaksikan dengan leluasa.

Penggambaran guru yang tidak berwibawa, melotot, menghukum dengan paradigma kuno, menunjukkan pembuat film/sinetron hanya mengandalkan pengalaman semasa sekolah dan tidak melakukan riset mendalam.

Sekolah yang sering digunakan untuk latar belakang cerita, sama sekali tidak memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan, namun justru membantu untuk merusak. Anak suka baju diluar dan tidak rapi karena pakai seragam di sinetron tidak ada yang masuk di dalam bawahan. Anak membanting tas kalau bertengkar dengan temannya, saya pernah mengalami hal tersebut, juga cewe mengeroyok cowo dengan main cakar, itu semua diperoleh dari sinetron.

Pernikahan yang sakral, menjadi olok-olok, dengan ritual keagamaan yang dijadikan bahan lawakan, biar lucu, dan menarik, misalnya pengantinnya lupa dan malah tertawa terbahak-bahak. Ketika itu mendapat tanggapan baik dari penonton, dapat dipastikan diulang-ulang bahkan puluhan kali untuk satu cerita, paling tidak itu kelihatan dalam sinetron TBNH.

Perilaku santun, baju Muslim, ada salam, namun berisi fitnah. Tom n Jerry, identik dipertontonkan oleh tokoh Haji di TBNH dan keluarga Tukang Bubur, apapun yang dilakukan keluarga Tukang Bubur akan dicela dan menjadi bahan fitnah tokoh Haji tersebut.

Pelecehan haji, imam besar masjid Istiqlal menyebut haji yang berangkat berulang-ulang demi nama diri dan kebanggan semata, dinamakan haji beraroma setan. Cerita ini iblis berjubah haji, karena isi hatinya yang sangat jahat, selalu pamer, merasa diri paling benar, dan tidak ada kebaikan adri orang lain. Kalau kehendak atau pendapatnya tidak didukung akan ngambeg dan mencari-cari kesalahan orang lain. Haji merupakan tokoh yang sudah selayaknya baik dan menjadi panutan, justru dijadikan bahan pelecehan yang sangat buruk. Apa beda Tom n Jerry dengan tampilan TBNH itu?

Salam Damai....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline