Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Kabinet Jokowi ala Kaki Lima

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang bisa menyatakan Jokowi atau siapapun presiden masa kini bisa lepas dari kepentingan seratus persen, dan lepas dari tarik menarik kepentingan partai politik? Ada yang menyatakan Jokowi tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Sekarang bisa tidak, orang yang menyatakan demikian itu pada posisi Pak Jokowi yang menjadi presiden ketika keadaan perpolitikan masih seperti saat ini. Kekuasaan, tarik menarik kepentingan, intrik agar semakin dekat dengan kekuasaan, dan saat momen yang memungkinkan mampu menusuk dengan tepat.

Ramai-ramai menyatakan Jokowi bohong soal kabinet yang berasal dari profesional dan kerjasama tanpa syarat. Kemenangan dari rakyat, yang masih bisa ditelikung oleh parpol dan lebih banyak kepentingan dibanding kesejahteraan rakyat, apakah mampu benar-benar kerjasama tanpa dukungan parlemen. Presidensial sepenuhnya, dan seidelanya dengan multi partai yang bersatu karena kepentingan sesaat bukan karena kesamaan ideologi dan paham yang sama. Ideologi yang masih bisa berubah-ubah sepanjang menguntungkan dan bisa mendapatkan kursi.

Jokowi telah identik dengan blusukan. Namun ada metode pendekatan lain yang sering beliau gunakan yaitu, pendekatan personal dalam penataan dan tata ruang. Managemen pangku yang terbukti efektif, namun efisiennya masih perlu dilihat lagi. Kekerasan dan penolakan kuat dengan mengerahkan massa sudah beberapa kali mampu diatasi.

Jokowi selalu menyatakan kerjasama tanpa syarat, artinya bahwa parpol yang hendak bergabung tidak boleh meminta kursi atau mengajukan permintaan apapun berkaitan dengan dukungannya di dalam pilpres. Permintaan sebagai balas jasa dalam mendukung akan menyandera kedudukan Jokowi sebagaimana selama sepuluh tahun pemerintahan Bapak SBY. Sekarang saat kursi tersebut telah diperoleh, sudah sewajarnya kalau Jokowi akan memberikan hadiah, atau memberikan ucapan terima kasih dengan jabatan tertentu.

Sangat berbeda artinya meminta dan memberi. Dengan meminta, posisi parpol lebih kuat sehingga menyandera Jokowi yang berada pada posisi nomor satu. Keadaan Jokowi bisa dimain-mainkan sesuka partai pengusungnya. Semua  tentu ingat dengan apa yang dilakukan Golkar dan PKS saat mendukung SBY, periode lalu. Menyatakan berkoalisi namun masih saja menelikung beberapa kali kepentingan SBY dan demokrat yang bisa memberikan keuntungan untuk Golkar dan PKS.

Jokowi sadar betul sebagai orang Jawa yang memiliki falsafah kalau dipangku akan mati, (sebagaimana huruf Jawa, huruf mati dengan cara huruf itu ada pangku-nya). Dengan hadiah yang diberikan tentunya, parpol yang telah mendukungnya semakin mendukung dan bagi yang belum mendukung tentu akan sungkan dengan hadiah yang sudah diterima. Kalau tidak tahu berbalas atas ungkapan terima kasih tersebut memang keterlaluan.

Pengalaman Jokowi dalam menertibkan pedagang kaki lima di Solo selama hampir dua periode kepemimpinannya di Solo, dengan pendekatan makan-makan berkali-kali, baru pada beberapa kesempatan berikutnya beliau utarakan rencana dan maksud penataan kawasan itu. Orang-orang yang sudah merasa sungkan atas jamuan itu tidak akan mampu melakukan perlawanan secara frontal dan kekerasan. Salah satu yang pernah mengaku adalah Bapak Selamet yang menyatakan membawa bambu runcing saat hendak digusur, namun saat pilpres menyatakan mendukung penuh pasangan Jokowi-JK karena telah merasakan enaknya penataan PKL waktu itu.

Manajemen yang mengedepankan dialog dan komunikasi yang berjalan pelan namun pasti, bukan dengan heboh dengan pemberitaan seperti audisi untuk mencari bintang, namun menghasilkan suatu kualitas yang nyata. Semua sudah terbukti dan menghasilkan Solo yang lebih tertib dan pedagang kaki lima yang rapi pada kawasan-kawasan tertentu dengan lebih manusiawi, bersih, dan rapi.

Pendekatan yang sama di dalam mencari menteri dan pejabat negara lainnya, yang tidak perlu gembar-gembor namun akan mendapatkan pejabat yang kompeten, jujur, bekerja keras, dan penuh dedikasi pada bangsa dan negara.

Salam Damai




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline