Ide besar ISIS untuk menciptakan satu komando bagi dunia, ide yang patut diapresiasi. Artikel ini bukan persoalan cara yang dipakai dan dipilih. Cara itu banyak dan tergantung piliha, pilihan berkaitan dengan banyak hal. Mengenai cara ISIS dalam mewujudnyatakan cita-cita telah banyak yang membahas, dan saya tidak akan ikut di dalamnya. Satu yang pasti saya tidak setuju dengan kekerasan sebagai pilihan ISIS, namun tidak masuk pada pembahasan ini.
Vatikan saya berikan awalan negara, yang saya bicarakan adalah negara kecil di tengah kota Roma, namun memiliki pengaruh hingga seluruh dunia. Apa yang dikatakan dari Vatikan akan ditanggapi dan dilakukan dengan baik oleh warga negaranya di manapun berada. Maka, hal ini bukan berkaitan dengan teologi, iman, apalagi agama. Separasi yang jelas bisa dilakukan mengenai Vatikan sebagai negara, dan lembaga agama. Vatikan sebagai negara, memiliki presiden dalam hal ini paus dengan kabinet dan departemen atau kementrian yang lengkap, hukum-hukum yang mengatur warga negaranya, duta besar di negara-negara sahabat, birokrasi dan komando dari pemimpin kepada warga negaranya, dan sistem pemerintahan yang lainnya, meskipun jelas ada perbedaan yang khas berbeda dengan sistem negara yang biasa. Perbedaan sistem pemerintahan tentunya dianut setiap negara. USA berbeda Inggris, yang tidak sama pula dengan Perancis, Afrika Selatan, Arab Saudi, dan sebagainya. Warga negara Vatikan tersebar di seluruh dunia, dan semua juga harus patuh ke dalam hukum Vatikan itu di manapun mereka hidup. Sebagai contoh konkret, melakukan aborsi meskipun sah di negara tertentu, namun hukum Vatikan menentukan lain, tentu pelaku tersebut akan menerima hukuman dai hukum Vatikan atau yang umum dikenal sebagai Hukum Gereja.
ISIS, sepanjang sepengetahuan saya hendak membangun sistem pemerintahan satu untuk dunia. Beberapa saat yang lalu, mereka mengancam untuk membunuh paus. Daripada membunuhnya karena tidak ada manfaatnya, karena dengan cepat akan melakukan pemilihan ulang dan pengganti telah siap dari seluruh penjuru dunia. ISIS perlu studi banding ke Vatikan yang telah mengalami persoalan membangun idealisme satu “komando” bagi dunia yang telah mendapatkan bentuknya saat ini. Perjalanan panjang, perselisihan, saling kutuk, dan tidak dipungkiri ada juga kekerasan di sana-sini. Perjuangan ratusan tahun dan mendapatkan apa yang seperti hari ini. Apa yang dikehendaki untuk menjadikan dunia dalam satu kesatuan telah tercapai tanpa harus memaksakan diri semua dalam kekuasaan secara fisik dengan aturan berbeda dianggap musuh yang perlu dihancurkan dan diperangi. Pengalaman pahit Vatikan di masa lalu bisa dijadikan pelajaran ISIS untuk membangun idenya dengan lebih baik, tanpa perlu membuang energi, materi, bahkan nyawa untuk sesuatu pernah dilakukan pihak lain. Pihak yang bisa dijadikan tempat untuk bertukar pikiran.
Satu dunia dalam kuasa Vatikan tanpa menafikan apapun yang menjadi perbedaan di dunia ini. Nigeria dengan kuasa, bahasa, dan sistem hukum sendiri namun juga dalam kesatuan dengan Vatikan bagi yang beragama Katolik Roma, demikian juga Warga Negara Indonesia, taat hukum Indonesia, setia kepada Pancasila, dan presiden terpilih warga Indonesia, namun tetap harus taat dengan Vatikan bagi pemeluk Katolik Roma.
Ide dalam benak saya ialah ISIS apapun namanya, apapun bentuknya, dan di manapun akan berkedudukan menjadi pedoman bagi yang beragama Islam di manapun mereka hidup. Perjuangan yang sama dan satu komando, sehingga di sini diperangi dan lari ke sana dan dilindungi.
Sekali lagi saya bukan membahas mengenai cara dan bentuk perjuangan, namun melihat sisi motivasi dasar yang saya lihat. Motivasi ini pun sepanjang penilaian saya, yang bisa benar dan bisa salah. Diskusi dan masukan jauh lebih penting dibandingkan hujat dan cela, sehingga mendapatkan pemahaman yang menyeluruh dan holistik.
Salam Damai....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H