Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Tuhan Versus Hantu

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Takut terhadap Tuhan

Berhadapan dengan Tuhan dalam hal ini bukan berarti muka dengan muka atau berhadapan fisik seperti saya berhadapan dengan pemimpin. Bahasa Jawa memiliki ungkapan yang paling pas yaitu wedi asih. Terjemahan bebas dalam Bahasa Indonesia lebih kurang, yaitu, takut bukan karena Tuhan itu menakutkan namun karena kasih-Nya membuat kita segan, sungkan, dan merasa bersalah saat berbuat yang bertentangan dengan apa yang Dia kehendaki.

Takut terhadap hantu

Hampir setiap orang sepakat, bahwa banyak orang yang takut terhadap hantu. Penggambaran hantu yang seram, menakutkan, badan yang tidak lengkap, tidak kasat mata, hanya orang tertentu yang berani dan tidak merasa takut atau gentar berhadapan ataupun ketemu hantu.

Takut terhadap Tuhan dan Takut terhadap Hantu.

Sudah ada dua penjelasan mengenai kata takut yang sama sekali berbeda. Dari keterangan tersebut sejatinya adalah ‘takut’ terhadap Tuhan sudah semestinya menjadi bagian hidup manusia berhadapan dengan Yang Agung, Yang Transenden, Sang Pencipta. Berkaitan dengan hantu seyogyanya tidak menjadi momok yang menakutkan, karena manusia sebagai ciptaan sempurna dan mulia. Itu idealnya. Faktualnya adalah kebalikannya. Lihat fenomena sekarang yang terjadi di sekeliling kita. Bagaimana media massa baik cetak ataupun elektronik berlomba-lomba mengetengahkan manusia yang tidak takut Tuhan. Kejahatan demi kejahatan dipaparkan dengan vulgar, terus terang, bahkan kadang live dan berseri, sehari diulang-ulang, bahkan bisa puluhan kali. Pemberitaan baru terhenti ketika ada kejadian yang identik, peristiwa tidak takut Tuhan yang lain mengemuka.

Bisa dihitung durasi penayangan pembinaan iman melalui mimbar agama di TV ataupun kegiatan keagamaan per pekannya, sama sekali tidak sebanding dengan penayangan hantu-hantuan yang bejibun ditawarkan kepada pemirsa. Ratingnya pun pasti tinggi acara hantu-hantuan dibandingkan acara Ketuhanan. Ini bukan berdasar survei yang ilmiah dan valid, namun dapat diniai dari durasi tayang dan banyaknya iklan, serta   tayangan per pekannya.

Kawasan wisata banyak yang melengkapi wahana permainannya dengan rumah hantu, rumah sakit hantu dan sebagainya. Wahana itu menarik banyak pengunjung. Menakutkan namun mau membayar mahal, padahal hanya mainan. Bandingkan kunjungan ke rumah ibadat, gratis tis, bebas saja malah setengah hati.

Langsung ataupun tidak langsung, pewartaan hantu lebih gencar dari pada pewartaan mengenai Tuhan.  Padahal tidak satupun fakultas ataupun jurusan yang memberi pembelajaran mengenai hantu, banyak fakultas keagamaan bahkan universitas keagamaan, namun kalah kemilau dan gemerlap di media. Hantu berjaya dibanding Tuhan di negeri beragama ini.

Anda, takut Tuhan atau Hantu?

Salam Damai....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline