Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Pak Beye, Farhat Abbas, dan Media Sosial

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Beye itu membangun opini sebagai seorang negarawan besar, apalagi oleh para pengikut setianya. Membangun opini dan image sebagai negarawan, maka beliau jarang marah dengan berapi-api, berbicara perlahan, santun dalam menghadapi persoalan yang menderanya, taat hukum sehingga datang ke mapolda kalau ada persoalan hukum. Tidak pernah bertindak gegabah, namun sering mengacaukan keadaan di waktu lampau.

Kali ini beliau baru merasakan enaknya menonton dan mengomentari kinerja Jokowi. Baik sebenarnya presiden yang telah turun itu memberi masukan ke presiden penggantinya. Justru buruk kalau presiden diam-diaman seperti sejarah bangsa ini. Bung Karno diisolasi, Pak Harto memutus silaturahmi dengan  BJ. Habibie, Gus Dur perang dingin dengan Ibu Mega, dan demikian pula Ibu Mega kaku dengan Pak Beye. Profesor Habibie negarawan sejati, selalu datang dalam seremoni kenegaraan, memperlihatkan pergantian itu sebagai hal yang normal. Bagus sekali adanya pergantian dengan transisi yang relatif mulus dari Pak Beye ke Pak Jokowi.

Meskipun transisi itu diwarnai beberapa kali sensi, namun menyejukkan bagi hidup berbangsa dan bernegara ke depannya. Namun kini perang opini di media sosial, aduuuuh Pak Presiden keenam dan Pak Presiden ketujuh, memangnya tidak bisa bertelepon ria saja, biarlah media sosial buat Farhat Abbas saja yang berkicau dan membuat sensasi.

Farhat Abbas bertikai dengan beberapa rekan artis memang guna mencari sensasi sehingga makin top dan diingat. Tidak berpengaruh sama sekali terhadap kehidupan berbangsa. Ivan Gunawan juga menggunakan instagram untuk membangun cerita mengenai kisah cintanya, atau Saipul yang menjual derita cintanya. Semua menghasilkan liputan dan berkaitan dengan pengenalan mereka ke publik.

Beda Pak Beye yang berbalas pantun dengan Pak Jokowi melalui Twitter dan FB. Persoalan bisa berkepanjangan, Twitter dan FB yang perlu jembatan media. Pak Beye nge-tweet apa disampaikan media ke Pak Jokowi dan dibalas di FB oleh beliau. Ribet banget komunikasi para presiden ini. Memangnya tabu telpon dari presiden keenam ke presiden ketujuh? Hemat saya biasa saja dan sah-sah saja. Pak Beye mengenai perppu dulu datang ke Pak Jokowi kog, sekarang malah berbalas media sosial. Bisa diartikan banyak hal oleh masyarakat ataupun elit. Datang selain menjalin silaturahmi juga menunjukkan bahwa pemerintahan akan berjalan dengan lancar dan berkesinambungan.

Adanya informasi ke Pak Beye juga bisa meresahkan, adanya kebocoran kesetiaan ke pribadi bukan kepada negara. Ini bukan persoalan ringan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pergantian pejabat itu wajar dan sah-sah saja tidak perlu adanya tafsiran yang berpanjang lebar.  Pak Beye dulu juga sering tidak mendengarkan orang kog, mengapa sekarang berkomentar untuk Pak Jokowi?

Pak Jokowi dulu paling tenang, tidak reaktif, dan selalu menyatakan aku rapapa, mengapa sekarang harus menjawab pernyataan via media sosial lagi. Biarkan saja, kalau itu tidak mendukung jalannya pemerintahan.

Media sosial biarkan untuk artis dan ABG, para presiden pakailah saluran resmi telpon yang amat privat. Atau saling berkunjung akan jauh berguna bagi bangsa ini.

Salam Damai.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline