Di tengah kerinduan jiwa untuk bersatu dengan Allah, ada kekuatan-kekuatan yang mencoba menghalangi perjalanannya. Santo Yohanes dari Salib, mistikus besar Kristen yang mendalami misteri kehidupan rohani, menyebut tiga musuh utama jiwa yang senantiasa membayangi jiwa: las fieras-dunia; los Fuertes-roh jahat; dan las fronteras-daging . Ketiganya saling berkaitan dan menciptakan perang batin yang menghambat jiwa menuju kebebasan rohani dan persatuan dengan Allah, Sang Kekasih Jiwa. Melalui kebijaksanaannya, dan wawasan mendalam tentang apa itu musuh jiwa dan bagaimana melawan musuh-musuh jiwa ini , Santo Yohanes dari Salib memandu kita dalam perang rohani ini untuk mencapai kesatuan dengan Allah.
Dunia (Las Fieras), Pesona yang Memudar
Terjemahan untuk Las Fieras adalah binatang buas. Kata ini digunakan oleh Santo Yohanes dari Salib sebagai ungkapan yang menggambarkan dunia. Untuk hal ini, Santo Yohanes dari Salib memberikan wawasan lebih tentang dunia. Dunia bukan sekedar ruang, atau tempat di mana kita tinggal, atau tempat di mana orang-orang Kristen mengikuti panggilan hidupnya, atau orang orang tak beriman tinggal dan pesimis dengan dunia ini. Namun Santo Yohanes dari Salib ingin menekankan bahwa dunia adalah nilai (valores), obyek (objetivos), relasi (relaciones), perilaku (comportamientos).
Santo Yohanes dari Salib mengungkapkan bahwa dunia bisa membutakan, karena silau yang dilihat jiwa pada ciptaan-ciptaan.
Oh kebutaan yang menyedihkan dari mata jiwamu, karena begitu banyak cahaya yang membutakanmu, dan begitu banyak suara yang membuatmu tuli, tidak melihat itu, selama kamu mencari kuasa dan kemuliaan, kamu tetap sengsara dan rendah dari semua kebaikan..
Keadaan kebutaan ini dapat menjadikan keadaan "Dimana Tuhan tidak dikenal, tidak ada yang diketahui" (Donde se sabe a Dios, no se sabe nada). Karena kemurniaan Tuhan tidak terlihat jiwa yang disilaukan oleh ciptaan di dunia. Ya, inilah kebutaan yang disebabkan oleh monster buas, dunia karena ketertarikan jiwa pada ciptaan; padahal ciptaan bukanlah kelezatan dan merupakan hal yang sia-sia dan menipu serta membutakan.
Jadi, ketika Santo Yohanes dari Salib berbicara tentang "dunia," ia tidak hanya merujuk pada dunia fisik, tetapi juga pada nilai-nilai, tujuan, relasi, dan perilaku manusia yang bersifat duniawi dan tidak teratur. Dunia dapat memikat jiwa melalui kesenangan yang fana, kemuliaan palsu, dan keinginan akan pujian yang menyesatkan.
Namun, Santo Yohanes dari Salib juga menekankan bahwa dunia adalah ciptaan Allah. Ketika dipandang dengan perspektif rohani, dunia dapat menjadi sarana untuk mengenal Allah lebih dalam. Dunia menjadi musuh hanya jika kita terlalu terikat pada hal-hal duniawi dan melupakan tujuan akhir kita, yaitu Allah. Orang kudus ini juga memandang dunia sebagai jalan untuk mengenal Allah melalui ciptaan, tapi bukan terikat pada ciptaan.
Jiwa tergerak untuk mencintai Tuhannya yang Tercinta dengan mempertimbangkan ciptaan-ciptaan, melihat mereka sebagai karya yang dibuat oleh tangan-Nya sendiri
Jadi, masalah dunia bagi Santo Yohanes dari Salib adalah bagaimana sikap kita di hadapan barang-barang dunia dan sensual secara tak beraturan. Jadi, dunia dapat dikalahkan melalui kelepasan keterikatan pada ciptaan.
Roh Jahat/Iblis (Los Fuertes), Si Penghalang Besar
Musuh kedua yang diidentifikasi oleh Santo Yohanes dari Salib adalah roh jahat, atau iblis. Ia menggambarkan roh jahat sebagai musuh yang licik dan berbahaya karena sering menyamar sebagai kebaikan. Untuk musuh jiwa yang kedua ini, disebutkan cukup banyak dalam berbagai variasi. Santo Yohanes dari Salib dalam buku nasihat rohaninya, Cautelas jelas menyebutkan bahwa roh jahat adalah musuh besar jiwa. Penggunaan kata demonio 262 kali, setan 2 kali,si jahat 2 kali, serta aminadad 11 kali. Semuanya adalah variasi iblis sang musuh jiwa.
Santo Yohanes dari Salib menyebutkan bahwa iblis atau roh jahat ini dapat menanamkan akarnya melalui rasa benci, tipu muslihat dan dusta, kejahatan dan kelicikan, kesombongan, sikap kasar dan keseraman serta rasa takut itu sendiri. Orang kudus ini bahkan menerangkan bagaimana kecemburuan menutrisi kedengkian, kebencian memicu kecemburuan, penipuan menghasilkan pengkianatan, serta bagaimana kejahatan beriringan dengan kelicikan, dan kesombongan menghasilkan kekasaran. Iblis tidak selalu muncul dalam rupa fisik.
Untuk musuh kedua jiwa ini, Santo Yohanes dari Salib menggunakan ungkapan los fuertas, benteng. Iblis sebagai musuh kedua, disebut sebagai benteng, karena mereka dengan kekuatan besar mengambil alih jalan ini (laksana benteng), dan karena godaan dan kelicikan mereka juga lebih kuat dan lebih sulit untuk diatasi dan lebih sulit untuk dipahami daripada dunia dan daging. Iblis adalah penghalang besar persatuan dengan Allah karena ia menggunakan kekuatan besar dengan segala muslihatnya untuk menyesatkan, menjatuhkan dan membunuh jiwa. Ia adalah pembimbing buta.
Santo Yohanes dari Salib menyebutkan bahwa setan lebih mudah mengacaukan dan menggelisahkan roh dengan kengerian-kengerian melalui indra. Aniaya dan kesakitan yang ia akibatkan, sangat hebat dan kadang-kadang tak terperikan , itulah yang kadang membuat jiwa jatuh. Orang kudus ini juga memberikan nasihat agar jiwa juga tidak perlu takut akan penipuan, karena pemahaman yang baik membuat iblis tidak dapat ikut campur dalam hal ini atau secara pasif memiliki efek substantial pada jiwa .
Menurut Santo Yohanes dari Salib, roh jahat hanya dapat dikalahkan melalui kekuatan ilahi. Kerendahan hati, doa, matiraga, dan salib Kristus adalah senjata utama yang dapat membantu jiwa mengatasi pengaruh roh jahat.
Daging (Las Fronteras), Perang dalam Diri
Penggunaan kata las fronteras yang berarti perbatasan oleh Santo Yohanes dari Salib merujuk pada tulisannya :
Jiwa juga mengatakan bahwa ia akan melewati batas-batas, yang dengannya ia memahami, seperti yang telah dikatakan, rasa jijik dan pemberontakan yang secara alami dimiliki daging terhadap roh
Sehingga menurut Santo Yohanes dari Salib, batas-batas ini harus dilewati jiwa, mengatasi kesulitan-kesulitan dan menghancurkan dengan kekuatan dan keteguhan jiwa atas nafsu indrawi dan kasih sayang alamiah, karena, selama mereka ada di dalam jiwa, roh begitu terhalang di bawah daging sehingga tidak bisa masuk ke dalam kehidupan sejati dan kesenangan rohani.
Kemudian, daging itu sendiri, dalam pandangan Santo Yohanes dari Salib, melambangkan keinginan sensual dan afeksi alamiah yang sering bertentangan dengan roh. Ia menggambarkan konflik antara daging dan roh dengan mengutip Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia 5:17
Nafsu daging melawan roh
Daging mencakup semua kecenderungan manusia yang tidak teratur, seperti hawa nafsu, keserakahan, dan kemalasan. Selama keinginan ini belum dimurnikan, jiwa akan terus terhalang untuk mencapai kehidupan rohani yang sejati. Santo Yohanes dari Salib menyatakan:
Selama ada keinginan tak teratur dalam jiwa, roh akan terhalang dan tidak dapat masuk ke dalam kehidupan sejati
Selain itu, Santo Yohanes dari Salib juga menyebutkan bahwa daging sebagai musuh jiwa tidak lepas dari apa yang disebut sebagai apetitos atau nafsu-nafsu. Ia membedakan dalam nafsu-nafsu ini ke dalam dua jenis yaitu voluntarios dan involuntarios. Yang paling dikhawatirkan oleh Santo Yohanes dari Salib adalah voluntarios karena nafsu ini berkaitan dengan kehendak. Hal ini dapat berdampak pada dosa berat, dosa ringan dan ketidaksempurnaan lainnya. Sementara involutarios atau nafsu alamiah tidak terlalu dicemaskan sebab Santo Yohanes dari Salib melihat nafsu ini sebagai kehendak rasional. Menurutnya, nafsu paling tinggi tingkatannya adalah memisahkan Tuhan dari semua hal, dan tidak menjaga hukum-Nya berkaitan dengan hal-hal duniawi.
Untuk melawan musuh ini daging dan berbagai nafsu yang ditimbulkannya, Santo Yohanes dari Salib mendorong praktik mortifikasi, yaitu pendisiplinan diri melalui penyangkalan diri dan penyesuaian keinginan dengan kehendak Allah. Ia juga menekankan pentingnya mengikuti teladan Kristus dalam hidup sederhana dan penuh ketaatan.
Dan buah mengalahkan daging dan kecenderungan nafsu indrawi jelas terungkap dalam tulisan Santo Yohaned dari Salib:
Akhirnya, sejauh seorang dibersihkan dari kecenderungan kecenderungan dan nafsu-nafsu inderawi, ia memperoleh kemerdekaan roh. Di dalamnya ia mendapat keduabelas buah Roh Kudus.
Jadi, seperti Santo Paulus berikan kepada kita untuk dipahami dengan baik (Rom 8,13), dengan mengatakan: si spiritu facta carnis mortificaveritis, vivetis: jika kamu mematikan kecenderungan daging dan selera dengan roh, kamu akan hidup…
Cara Mengatasi Musuh-Musuh Jiwa
Santo Yohanes dari Salib memberikan beberapa panduan praktis untuk mengatasi dunia, roh jahat, dan daging. Berikut adalah beberapa cara yang ia ajarkan:
1. Menghidupi Kebajikan Teologis dengan menyamar ketika menghadapi musuh jiwa
Santo Yohanes dari Salib mengatakan bahwa jiwa harus mengenakan jubah warna sebagai penyamaran terhadap ketiga musuh jiwa ini. Pakaian putih iman dan hijau harapan, sebagai mahkota dan kesempurnaan dari penyamaran ini, jiwa kini mengenakan warna ketiga, yaitu jubah ungu yang cemerlang. Ini melambangkan kebajikan ketiga, yaitu kasih.
Ketiga warna tersebut merupakan persiapan yang tepat untuk penyatuan jiwa dengan Allah, disesuaikan dengan tiga aspek utama jiwa: akal budi, ingatan, dan kehendak. Iman berfungsi mengosongkan akal budi dari segala pemahaman alami, membuatnya siap untuk menyatu dengan Kebijaksanaan Ilahi. Harapan membantu jiwa melepaskan ingatan dari segala keterikatan duniawi, seperti yang diungkapkan oleh Santo Paulus bahwa harapan adalah untuk hal-hal yang belum dimiliki (Roma 8:24).
Dengan demikian, harapan mengarahkan ingatan sepenuhnya kepada Allah, mempersiapkannya untuk penyatuan murni sehingga menyatukan kehendak dengan Tuhan melalui cinta. Kasih memurnikan kehendak dari segala hasrat selain Allah, memfokuskan seluruh keinginan hanya kepada-Nya, sehingga menghubungkan jiwa dengan Tuhan melalui cinta yang sempurna
Jadi, kebajikan iman, harapan, dan kasih adalah perlengkapan rohani yang membantu jiwa melawan godaan dunia, daging dan roh jahat.
2. Mortifikasi (Matiraga) dan Reedukasi nafsu tidak teratur
Pendisiplinan diri melalui penitensi, meditasi, dan kontemplasi membantu jiwa mengendalikan nafsu-nafsu yang tidak teratur. Mortifikasi tidak hanya berarti menolak hal-hal duniawi, tetapi juga berarti memusatkan perhatian pada Tuhan sebagai pusat hidup.
Jiwa tidak dapat mencapai persatuan ini tanpa terlebih dahulu memiliki kemurnian yang mendalam, yang hanya dapat diraih melalui keterlepasan total dari semua ciptaan dan praktik mortifikasi yang intens. Hal ini disimbolkan melalui peristiwa pengupasan mantel sang Mempelai dan luka-lukanya pada malam ia mencari dan mengejar Sang Kekasih.
Mantel baru yang melambangkan pertunangan ilahi tidak dapat dikenakan sebelum mantel lama dilepaskan. Oleh sebab itu, mereka yang enggan keluar ke dalam kegelapan malam untuk mencari Sang Kekasih, menanggalkan kehendak mereka sendiri, dan menerima mortifikasi, tetapi malah mencarinya dalam kenyamanan pribadi seperti sang Mempelai yang mencarinya di atas tempat tidurnya (Kidung Agung 3:1), tidak akan berhasil menemukannya. Pengelupasan mantel lama dilakukan dalam mortifikasi dan pemurnian jiwa. Semua proses ini disebut oleh Santo Yohanes dari Salib sebagai malam gelap jiwa.
Jiwa juga harus dilatih untuk menyesuaikan keinginannya dengan kehendak Allah. Ini memerlukan proses panjang yang melibatkan doa, refleksi, dan pengakuan dosa secara teratur. Santo Yohanes menulis bahwa jiwa yang telah dimurnikan akan menemukan kebebasan sejati dalam kasih Allah.
Pada akhirnya, musuh-musuh jiwa — dunia, roh jahat, dan daging — adalah tantangan yang harus dihadapi setiap orang dalam perjalanan rohani mereka. Santo Yohanes dari Salib mengajarkan bahwa melalui kebajikan, doa, matiraga, dan kasih, jiwa dapat mengatasi hambatan-hambatan ini dan mencapai kebebasan rohani yang sejati. Jalan kontemplasi dan mortifikasi melalui malam gelap jiwa sangat ampuh dalam menaklukan ketiga musuh jiwa. Santo Yohanes dari Salib menulis :
Begitu besar keberhasilan jiwa sehingga tidak satu pun dari ketiga musuh (dunia, daging dan setan, yang selalu menghalanginya, sebab malam kontemplasi pembersihan itu menidurkan dan mematikan semua gerak-gerik tak teratur dari nafsu-nafsu dan keinginan di dalam rumah indra
Dan dengan mengikuti jejak Yesus yang adalah teladan sempurna dalam melawan dunia, roh jahat, dan daging, Sang Guru sejati dan teladan dalam segala hal yang baik dan benar. Semoga kita semua memiliki keberanian untuk melawan musuh-musuh ini dan terus berjalan menuju persatuan dengan Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H