Dalam agama, terdapat suatu fondasi iman atau ajaran sebagai dasar iman dalam kehidupan agama tersebut. Fondasi tersebut juga memiliki tujuan sebagai landasan akan penghayatan terhadap yang diimani serta tujuan apa yang ingin dicapai oleh agama tersebut. Dengan begitu, agama dapat menarik manusia untuk bergabung dan mengikuti agama tersebut. Dalam Agama Katolik, terdapat 3 Dasar atau Pilar Iman Katolik yang menjadi dasar ajaran dari agama ini. 3 Dasar atau Pilar Iman Katolik ialah: Tradisi Suci, Kitab Suci dan Magisterium. Hal inilah yang membedakan dengan Gereja Kristen Protestan yang hanya memiliki dasar dari Kitab Suci saja (Sola Scriptura) Lantas, apa saja arti dan makna yang terkandung dalam setiap dasar atau pilar tersebut?
1. Tradisi Suci
Tradisi Suci merupakan Tradisi yang diwariskan oleh para rasul yang menerima secara langsung mengenai ajaran dan contoh Yesus Kristus serta bimbingan dari Roh Kudus. Melalui Tradisi ini, Sabda Allah yang dipercayakan Yesus kepada para rasul disampaikan secara utuh kepada pengganti mereka, agar mereka dapat memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia dalam pewartaan mereka. Oleh karena itu, Tradisi Suci ini bukanlah sekadar adat kebiasaan manusia biasa. Perlu diketahui bahwa Yesus tidak pernah mengutuk semua adat kebiasaan manusia, tetapi hanya mengutuk adat kebiasaan yang bertentangan dengan perintah Tuhan (Markus 7:8).
Dengan demikian, Tradisi Suci dan Kitab Suci tidak akan pernah saling bertentangan. Pengajaran para rasul mengenai Allah Tritunggal, Api Penyucian, dan Keperawanan Maria telah diajarkan dengan jelas melalui Tradisi dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci, meskipun hal-hal tersebut tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Kitab Suci. Kita tidak boleh melupakan bahwa Kitab Suci sendiri mengajarkan agar kita memegang teguh Tradisi yang disampaikan kepada kita baik secara tertulis maupun lisan (2 Tesalonika 2:15, 1 Korintus 11:2).
Perlu dipahami bahwa Tradisi Suci bukanlah sekadar kebiasaan rohani belaka. Meskipun semua kebiasaan tersebut baik, namun hal-hal tersebut bukanlah doktrin. Tradisi Suci meneruskan doktrin yang diajarkan oleh Yesus kepada para rasul-Nya, yang kemudian diteruskan kepada Gereja di bawah kepemimpinan para penerus rasul, yaitu para Paus dan uskup.
2. Kitab Suci
Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil dengan dua cara: yakni secara lisan "oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari"; dan secara tertulis "oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga telah membukukan amanat keselamatan" (DV 7). (KGK 76)
"Adapun, supaya Injil senantiasa terpelihara secara utuh dan hidup di dalam Gereja, para Rasul meninggalkan Uskup-Uskup sebagai pengganti-pengganti mereka, yang `mereka serahi kedudukan mereka untuk mengajar" (DV 7). Maka, "pewartaan para Rasul, yang secara istimewa diungkapkan dalam kitab-kitab yang diilhami, harus dilestarikan sampai kepenuhan zaman melalui penggantian-penggantian yang tiada putusnya" (DV 8). (KGK 77)
Dengan demikian penyampaian Diri Bapa melalui Sabda-Nya dalam Roh Kudus tetap hadir di dalam Gereja dan berkarya di dalamnya: "Demikianlah Allah, yang dahulu telah bersabda, tiada henti-hentinya berwawancara dengan Mempelai Putera-Nya yang terkasih. Dan Roh Kudus, yang menyebabkan suara Injil yang hidup bergema dalam Gereja, dan melalui Gereja dalam dunia, menghantarkan umat beriman menuju segala kebenaran dan menyebabkan Sabda Kristus tinggal dalam diri mereka secara melimpah ( Kolose 3:16)" (DV 8). (KGK 79)
3. Magisterium
Magisterium berasal dari bahasa Latin yaitu "magister" yang berarti "guru", yang juga bermakna luas yang bisa berarti presiden, kepala, direktur, dan lain sebagainya, dan juga dalam makna yang sempit berarti seorang pengajar atau pembimbing kaum muda. Magisterium yang merupakan kata benda merujuk pada jabatan seorang magister.