Lihat ke Halaman Asli

Masih Juga Bingung Pilih Prabowo Atau Jokowi?

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bila kita melihat beberapa hasil survey elektabilitas kedua pasang calon presiden yang akan bertarung pada 9 Juli nanti, cukup banyak nampaknya saudara-saudara kita yang masih belum menentukan pilihannya. Misalnya, survey Lembaga Survey Indonesia (LSI) 1-10 Juni kemarin menemukan 19% pemilih belum menentukan pilihannya. Dengan jumlah pemilih mengambang sebanyak ini, pemenang pemilihan presiden nanti nampaknya akan ditentukan oleh bagaimana mereka akhirnya akan bersikap.

Namun demikian, sepertinya sedikit yang mencoba untuk membantu para pemilih mengambang untuk memahami dan mempermudah mereka dalam menentukan pilihan tanpa mencoba untuk menggiring untuk memilih pada salah satu pasang calon. Alih-alih membuat mudah, para pemilih mengambang mungkin hanya akan menjadi semakin bimbang dan curiga apakah saran-saran yang mereka dapatkan benar-benar kredibel. Dibutuhkan sebuah guide sederhana bagaimana mereka dapat membuat keputusan mandiri yang berbasis informasi kredibel.

Tulisan ini adalah upaya kecil saya untuk membantu mereka, dengan menekankan beberapa prinsip-prinsip dan langkah sederhana yang dapat diaplikasikan.

1. Kita tidak mencari orang sempurna

Mungkin para pemilih mengambang cukup lelah dengan aliran berita tiada henti yang menunjukkan aneka kekurangan para calon presiden dan wakil presiden. Berita baiknya adalah bahwa hal ini wajar. Kita tidak sedang mencari pemimpin yang sempurna. Kita hanya disodorkan dua pasang lelaki yang akan bertugas menjadi presiden dan wakil presiden negara kita, yang tugas dan kewajibannya pun sudah diatur.

2. Fokus pemilihan presiden bukanlah mengenai para kandidat, tetapi mengenai kehidupan kita sehari-hari

Seringkali kita disodorkan informasi mengenai hal negatif mengenai seorang calon presiden/wapres. Pertanyaan pertama yang dapat kita pikirkan adalah "apakah hal tersebut, kalaupun benar, ada pengaruhnya pada kehidupan kita atau masyarakat secara nyata?". Ingatlah bahwa kehidupan para capres dan cawapres setelah Pemilu ini akan tetap baik-baik saja, namun kita sebagai warga masyarakat yang terkena efeknya akibat pilihan kebijakan mereka. Pemilu ini bukanlah mengenai mereka para capres dan cawapres, namun mengenai kita masyarakat kebanyakan. Fokus pada isu-isu yang penting bagi hidup kita, bukan lainnya.

3. Tulis dan buatlah daftar kriteria presiden dan wapres yang kamu inginkan

Agar tidak membingungkan, buatlah minimal tiga kriteria. Hal ini pernah saya aplikasikan ketika menjadi guru SD dalam proses memilih ketua kelas, misalnya pilihlah temanmu yang tidak pernah membolos, berprestasi dan suka menolong. Kriteria ini harus disusun tanpa predisposisi mempertimbangkan para kandidat. Contohnya, saya ingin presiden yang jujur dan tidak korupsi. Hindari, misalnya, menggunakan kriteria yang justru adalah kualitas salah satu kandidat, seperti "saya ingin presiden yang berlatar belakang militer" atau "saya ingin presiden yang berlatar belakang sipil".

Kriteria yang kita pilih ini haruslah yang relevan untuk pekerjaan presiden dan wakil presiden, bukan untuk pekerjaan lainnya. Misalnya, kita tidak dapat memasukkan kriteria "jago berolahraga", atau "bertubuh tinggi" karena kedua hal tersebut tidak relevan untuk membuatnya sukses menjadi presiden/wapres yang baik.

4. Untuk setiap kriteria, masukan contoh konkret perbuatan kandidat yang relevan sebagai bukti/evidence.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline