Gerimis mengikis terik mengundang basah
Dingin tak mau kalah seolah ingin merebut perhatian
Dalam rintik berderai menghantar kecewa
Namun ini tak lama
Ternyata masih bisa ku sematkan padi di tanah
Mentari menyambar muntahkan jutaan bara merebah
Jatuh dalam butir-butir yang menengadah
Tumbuh dalam genangan yang tak akan rebah
Hijaunya mengukirkan padangan indah
Sampai-sampai tak dapat kubahasakan dalam pepatah
Ayah,
Inikah proses yang merenggut kulit bagusmu
Inikah langkah yang menggoreskan luka di kakimu
Inilah jalan yang menghantar kau pada kesakitan nan datang buru-buru
Pantas saja kulitmu makin cokelat dan keriput
Makin kurus dan terlihat tak sehat
Pantas saja suara mu melemah seiring waktu berlalu
Kini setengah jalan telah kau lalui
Tak seberapa lama kau kan tersenyum memanen padi-padimu yang gemuk
Akan nanti kita menyerbu samapi kenyang dan mengantuk
Lalu berbaring bahagia tanpa suntuk
Dalam ruang penuh kasih, di gubuk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H