Lihat ke Halaman Asli

Patricia Esther Helena Lantang

Communication Science

Pelajar Perlu Belajar Menulis Digital, Ini Alasannya!

Diperbarui: 8 September 2021   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: shutterstock

Tahukah kalian bahwa hasil riset We Are Social yang merupakan perusahaan media asal Inggris menunjukan masyarakat Indonesia menghabiskan lebih dari 8 jam dalam sehari untuk berselancar melakukan aktivitasnya dengan menggunakan internet?  

Laporan ini dilakukan bersama dengan Hootsuite pada 27 Januari 2021 dan menunjukan juga bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan 3 jam bahkan lebih pada satu hari untuk mengakses media online. Tentunya, saat mengkonsumsi sesuatu dari media online secara sadar dan tak sadar kita akan melihat begitu banyak tulisan-tulisan digital. 

Tak hanya itu, kemajuan Teknologi Komunikasi dan Informasi juga membuat pudarnya batasan ruang dan waktu bagi seseorang dalam mengakses informasi melalui media online atau platform digital. Informasi menjadi kebutuhan yang sangat penting saat ini, dan pada saat ini juga informasi dengan segala kemudahannya dapat diakses sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat mungkin. Sudah jelas bahwa informasi yang hadir dalam lingkungan digital merupakan hasil dari aktivitas penulisan naskah digital. 

Dari berbagai definisi, penulisan digital kemudian disimpulkan sebagai suatu komposisi yang dibuat untuk dibaca atau dilihat dengan media teknologi atau sebuah perangkat yang langsung terhubung dengan internet (DeVoss, Aadahl, & Hicks, 2010, h.7).  

Namun, Catherine Byron (dalam DeVoss, dkk, 2010, h.6) mendefinisikan penulisan digital sebagai kegiatan menulis yang membutuhkan kreatifitas dengan menggunakan perangkat digital sebagai sarana untuk menyampaikan pesan. 

Konsep tersebut sangat relevan dengan era saat ini, dimana ruang digital sudah menjadi wadah bagi banyak orang untuk menuangkan karyanya dalam bentuk tulisan dan dibutuhkan kemampuan berpikir yang kreatif. Kegiatan menulis digital atau digital writing jika disimpulkan lagi dapat dimaknai sebagai praktik menulis di ruang digital yang hasilnya dapat mencakup media sosial, artikel, hingga jurnal online dan karya ilmiah. 

Ketika muncul pertanyaan, kapan hari terakhir kalian memegang ponsel? Tentu ini hanya menjadi pertanyaan retoris, jawaban yang sudah tentu tiada hari tanpa ponsel. Apalagi, melihat kondisi saat ini dimana kegiatan belajar-mengajar masih dilakukan secara daring akibat pandemi yang tak kunjung selesai. 

Hal tersebut semakin merekatkan kita sebagai pelajar dengan ruang digital, yang tak terlepas juga dari tulisan digital. Maka, penting untuk memahami kegiatan penulisan digital karena dengan belajar tentang penulisan digital akan membantu pelajar dalam  merancang penelitian, aktivitas dalam jurusan, dan mengasah kemampuan untuk masa depan.

Dalam menghasilkan outcome yang baik, DeVoss (2010, h.13-14) menyajikan 3 aspek keterampilan yang mendukung penulisan digital, yaitu:

  1. Fungsional, sebagai aspek yang cukup penting yang berkaitan dengan penyimpanan dan transfer file, pengolahan kata, pemetaan pikiran atau ide, dan pemanfaatan software sebagai media dari komposisi pesan atau gambar atau suara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline