Robert Gagne memberikan suatu teori belajar yang membawa pengaruh yang besar bagi dunia pendidikan. Gagne memberikan masukan terhadap rancangan instruksional pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Model desain instruksional Gagne didasarkan pada model pemrosesan informasi dari proses mental yang terjadi ketika orang dihadapkan pada beragam rangsangan, dan berfokus pada tujuan pembelajaran dan bagaimana mengatur peristiwa instruksional tertentu untuk mencapai hasil tersebut (Khadjooi, Rostami, & Ishaq, 2011).
Gagne memberikan 9 tahapan dalam melaksanakan suatu pembelajaran secara utuh di dalam kelas. 9 Tahapan ini merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan berkaitan sehingga tidak dapat terpisahkan. Gagne mengklaim jika setiap tahapan ini dilakukan dan diikuti dengan baik maka pembelajaran dapat meningkatkan transmisi pengetahuan dari persepsi melalui tahapan memori hingga berkembanga lebih jauh ke dalam tahapan kognitif siswa. Peristiwa instruksional Gagne didasarkan pada paradigma pembelajaran pemrosesan informasi kognitif.
Tahapan tersebut dikenal sebagai "nine instructional event" yang dapat dijabarkan sebagai berikut (Cullata, 2021);
- Memberikan "attention" untuk menarik perhatian siswa (reception)
- Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa (expectancy)
- Membangun pengetahuan yang lalu (retrieval)
- Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan (selective perception)
- Memfasilitasi panduan pembelajaran (semantic encoding)
- Menampilkan kinerja (responding)
- Menyampaikan atau memberikan feedback (reinforcement)
- Melakukan penilaian kinerja (retrieval)
- Meningkatkan retensi dan transfer pengetahuan (generalization)
Menurut Gagne, tahapan-tahapan tersebut perlu dilakukan di setiap kali pembelajaran sehingga dapat membangun pengetahuan siswa.
Teori ini dapat memberikan ide yang besar bagi guru dalam merancang suatu rancangan pembelajaran, dikarenakan teori Gagne tersebut guru yang mengkondisikan proses belajar siswa dari awal pertemuan pembelajaran hingga akhir pembelajaran secara penuh.
Kondisi ini membawa keuntungan dan kemudahan bagi guru. Guru sudah mendapatkan pattern pembelajaran yang akan dilakukan karena sudah terlihat dengan jelas arah dan tujuan setiap tahapan dalam teori ini.
Hal lainnya yang dapat dilihat pada penerapan teori ini adalah guru dapat mengkondisikan proses pembelajaran sesuai keinginan guru dan mengarahkan siswa dalam proses belajar secara penuh.
Selain itu, pada saat menggunakan pendekatan ini guru dapat mengatur ide-ide dan tujuan pembelajaran dengan lebih baik. Guru juga mengembangkan kualitas pedagogisnya karena perlu terus mencari metode-metode yang tepat untuk pengaturan tujuan pelajaran yang akan dilakukan. Guru pun melaksanakan rancangan pembelajaran akan lebih terarah dan terfokus pada tujuan yang sudah disusun sejak awal.
Sama halnya dengan teori-teori belajar lainnya. Setiap teori akan memberikan 2 dampak yang berbeda layaknya 2 mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Terdapat kekuatan dan kelemahan yang dapat dilihat dan dicermati. Hal yang menjadi kendala terbesar dalam pendekatan ini adalah guru membutuhkan waktu yang lama untuk menyusun rancangan pembelajaran.
Hal ini disebabkan karena guru mengetahui tingkatan-tingkatan kompetensi yang dimiliki oleh siswa yang kemudian akan disesuaikan terhadap tujuan pembelajaran yang akan di capai.