Lihat ke Halaman Asli

Pandangan Teori Kognitivisme dalam Proses Belajar

Diperbarui: 21 September 2021   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan dalam dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari berbagai teori yang melihat dan mengupas arti yang sesungguhnya dari proses belajar seseorang. 

Pada pertengahan abad ke-20, terjadi pergeseran pandangan atau pemikiran mengenai proses belajar seseorang. Jean Piaget (1896-1980) muncul dengan pemikirannya yang mengubah pandangan dunia akan proses belajar tersebut. Jean Piaget merupakan seorang peneliti di bidang psikologi perkembangan.

Pemikiran yang dimilikinnya bertentangan dengan pandangan yang berkembang pada saat itu mengenai perilaku seseorang timbul karena stimulus yang diberikan. 

Dalam pandangannya, Piaget percaya bahwa setiap anak memiliki peran yang aktif dalam proses belajar. Saat anak-anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, anak-anak mendapatkan pengetahuan yang baru, mereka juga membangun pengetahuan tersebut dan mengadaptasikan ide-ide tersebut sehingga menjadi pengetahuan yang baru bagi mereka (Cherry, 2020). Piaget menyimpulkan bahwa kecerdasan adalah suatu yang bertumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan. Dari pemikirannya inilah akhirnya Piaget mengidentifikasi terdapat 4 tahapan dalam perkembangan kognitif anak.

Pertama tahapan sensorimotor yang terjadi pada anak usia 0-2 tahun. Dalam tahapan ini kecerdasan anak terlihat melalui aktivitas motorik. Anak-anak membangun pengetahuannya dari interaksi dan pengalaman fisik yang dialami sehingga menjadi suatu pengetahuan yang baru. Tahap kedua adalah tahap pra-operasional yang terjadi pada anak usia 2-7 tahun. 

Pada tahapan ini, anak menunjukkan kecerdasannya menggunakan simbol, bahasa, memori, dan imajinasi. Biasanya, anak-anak dalam tahapan ini memiliki daya imajinasi yang tinggi dan lebih egosentris. Tahap ketiga adalah tahap operasional konkret, terjadi di usia 7-11 tahun. 

Pada tahapan ini, anak-anak sudah mulai dapat berpikir secara sistematis jika dihadapkan dengan objek konkrit. Di mana, anak-anak sedikit demi sedikit dapat mengembangkan pemikirannya dengan lebih logis. Tahapan terakhir adalah tahap operasional formal yang terjadi di usia lebih dari 12 tahun. Pada tahapan ini anak-anak sudah memiliki pemikiran yang lebih abstrak. Selain itu, mereka sudah dapat melihat secara kritis permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitar mereka.

Pemikiran Piaget ini memberikan bantuan yang besar bagi para guru dalam memandang dan melihat para siswa-siswinya di dalam kelas. Proses belajar-mengajar yang tersusun menjadi suatu proses belajar yang mengalir dan saling berkaitan aantara satu jenjang dengan jenjang lainnya. 

Sangat penting sekali mengetahui kapasitas perkembangan kognitif yang dimiliki oleh siswa sehingga sebagai seorang guru, kita dapat merancang dan menyusun suatu pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, konteks, dan pola perkembangannya. Akhirnya, proses belajar yang dirancang dapat menjadi lebih bermakna bagi para siswa.

Pola pemikiran ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi guru dalam merancang pembelajarannya. Kasus sederhananya saja, saat mengajar anak-anak yang berada pada usia 7-12 tahun. Sebagai guru, kita dapat memfasilitasi proses belajar yang dapat mengembangkan pola pemikiran logis dari hal-hal konkrit yang terjadi di sekitar mereka. 

Misalnya, mempelajari mengenai suatu disiplin ilmu, penting sekali memberikan contoh-contoh yang konkrit yang relevan dalam kehidupan siswa namun tetap mendorong siswa agar dapat berpikir secara logis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline