Lihat ke Halaman Asli

Patricia Agustin

Undergraduate Student in Universitas Indonesia

Mengenal Biota Laut: Cacing Tabung Raksasa di Laut Dalam

Diperbarui: 6 Desember 2020   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cacing tabung raksasa (Riftia pachyptila) di Guymas Basin [Sumber: MBARI, 2017]

Air laut yang masuk ke dalam bumi dan bertemu dengan magma dapat kembali ke laut dengan kandungan mineral dan suhu yang tinggi melalui lubang hidrotermal (Ding & Zhang, 2017). Salah satu pemandangan yang sering dijumpai di area lubang hidrotermal di laut dalam adalah kumpulan warna merah yang menjuntai keluar dari ribuan tabung putih. Apabila dilihat lebih lanjut, kumpulan tersebut merupakan koloni dari cacing tabung raksasa Riftia pachyptila.


Riftia pachyptila tinggal di dalam tabung kitin yang tertutup pada bagian bawah. Pertambahan panjang tubuh R. pachyptila sangat cepat dibandingkan invertebrata laut lainnya dan dibarengi dengan pembentukan tabung kitin oleh vestimentum minimal 14 cm/tahun (Gaill dkk., 1997). Individu R. pachyptila memiliki tabung dengan panjang yang dapat mencapai 3 m dan biomassa hingga 650 gram. Meski begitu, tubuh R. pachyptila secara umum lebih pendek daripada panjang tabung yang dibuatnya (Bright & Lallier, 2010).

Gambar 1. Anatomi eksternal (kiri) & internal (kanan) Riftia pachyptila [Sumber: Arp, 2001]

Warna merah yang terlihat pada koloni adalah struktur plume yang ditonjolkan keluar dari tabung. Cacing ini memiliki suatu organ mirip jantung yang berfungsi memompa darah dalam sistem sirkulasi. Darah tersebut kaya akan hemoglobin dan memberikan warna merah yang khas pada plume (Arp, 2001).

Bertahan hidup di lingkungan ekstrem dan mencari makan dengan simbiosis

Air yang keluar dari lubang hidrotermal memiliki suhu yang sangat tinggi, kaya akan hidrogen sulfida dan karbon dioksida, tetapi miskin oksigen. Lalu bagaimana R. pachyptila dapat bertahan di lingkungan ekstrem ini?

Tabung R. pachyptila menempel di bebatuan tempat air dari lubang hidrotermal keluar. Bagian bawah tabung terselubung dengan cairan tersebut sementara air pada bagian atas tabung memiliki suhu yang lebih rendah karena percampuran dengan air di dasar laut yang dingin (2°C). Plume dari R. pachyptila mencapai daerah yang dingin, memiliki lebih banyak oksigen, dan lebih rendah akan hidrogen sulfida. Hemoglobin yang terdapat pada plume kemudian dapat mensirkulasikan oksigen ke seluruh tubuh (Arp, 2001).

Hidrogen sulfida sangat beracun karena dapat berikatan dengan molekul sitokrom dan hemoglobin (Arp, 2001). Simbiosis menjadi solusi dari R. pachyptila untuk menetralkan hidrogen sulfida sekaligus mencari makan. Hidrogen sulfida dan karbon dioksida diantar ke troposom yang mengandung simbion gammaproteobakteri Candidatus Endoriftia persephone (disingkat Endoriftia). Endoriftia dapat mengoksidasi sulfur dan melepaskan karbon organik yang menjadi makanan bagi R. pachyptila (Klose dkk., 2016).

Berlindung dari predator

Predasi utuh terhadap seluruh bagian dari R. pachyptila masih belum pernah ditemukan, tetapi predasi parsial terhadap bagian plume sering diamati. Cacing tersebut menarik sebagai makanan bagi kepiting brachyuran Bythograea thermydron dan kepiting galatheid Munidopsis subsquamosa (Bright & Lallier, 2010). Ketika terganggu oleh predator yang berkeliaran, R. pachyptila dapat menarik kembali plume ke dalam tabung (Arp, 2001).

Riftia pachyptila dan kepiting Munidopsis sp.[Sumber: MBARI, 2017]

Siklus Hidup

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline