Lihat ke Halaman Asli

Patrianef Patrianef

TERVERIFIKASI

Dokter Spesialis Bedah di RS Pemerintah

Stop Bullying dalam Dunia Pendidikan Kedokteran Spesialis

Diperbarui: 4 Agustus 2016   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya banyak menerima keluhan dan pengaduan dari adik-adik dan teman-teman residen  tentang kekerasan yang mereka terima dalam pendidikan. Banyak yang tidak saya pedulikan karena toleransi dan ambang batas kesensitifan  saya masih terlalu tinggi untuk hal itu. Pribadi saya pernah berada pada posisi yang sama, mulai dari residen junior sampai "chief" residen, melihat langsung pembullian oleh senior kepada junior. Saya sebetulnya ingin perbaikan didalam program pendidikan residen , tetapi sejauh itu tidak berakibat fatal saya lebih senang melalui perbaikan internal. Tetapi ambang batas tersebut menurun karena tangisan seorang peserta didik.

Ada yang salah dengan pendidikan dokter spesialis  kita dalam konteks hubungan senior dan junior, penderitaan dan kesengsaraan dianggap hal yang wajar. Kekasaran dan kebengisan senior dianggap bagian cara mendidik junior sehingga lebih tahan menghadapi tekanan didunia nyata. Hal itu sering dimanfaatkan oleh residen senior sehingga pembullian yang mereka lakukan selalu ada pembenaran dan selalu ada alasan.

Hari ini saya menerima "screen capture" dari WA antara residen dalam salah satu bidang ilmu dan potongannya saya tuliskan, bukan dari FKUI/RSCM  . Saya akhirnya terpaksa menyampaikan hal ini dalam bentuk tulisan di medsos. Basah mata saya membacanya. Generasi muda dokter calon spesialis memiliki bahasa yang sangat kasar dan memalukan. Kita seolah berada didalam kebun binatang. Mohon maaf" screen shoot" nya tidak akan saya lampirkan dan tidak akan saya sebarkan. Karena juga ikut memalukan saya sebagai pendidik. Ini hanya potongan kecil dari sebuah potongan besar ditangan saya.

 “Anjxxx”
 “Lo tugas jaga sampai hari minggu” “isi kamar jaga”
  “Gw ga butuh dijilat, moxxxx”
 “Xxxx, Anxxxx loe”
 “Anjxxx anjxxx, balik kalian semua”

Sudah saatnya kita mengoreksi diri bersama-sama. Saya juga staf pengajar mulai dari S1, Profesi Dokter, Spesialis  dan Subspesialis. 

Selama proses pendidikan, saya  belajar untuk menggunakan bahasa yang santun, karena saya ingin mereka juga menggunakan bahasa yang santun. Sesekali memang keluar ucapan yang sedikit keras, tetapi menggunakan kalimat Anjxxx, Moxxxx, Bxxx tidak pernah sama sekali.

Saya pribadi pernah dibully, bukan hanya oleh senior saja, tetapi oleh orang yang sebetulnya adalah pendidik saya. Hanya seorang, tetapi sangat mempengaruhi waktu, dan lama pendidikan saya. Bahkan mengancam kelangsungan pendidikan saya. Dan secara psikologis sangat mempengaruhi mental saya selama pendidikan, bukan hanya saya tetapi juga keluarga.

Selama pendidikan spesialisasi dahulu saya juga mengalami jaga tiap hari selama sebulan dan seorang teman saya yang menanyakan sampai kapan jaga tiap hari malahan ditambah jaganya selama 15 hari. itu diluar pengetahuan staf pengajar, atau pura-pura tidak tahu saya juga tidak tahu. Dibagian lain seorang peserta didik bisa menghabiskan uang banyak untuk membiayai makan makan seniornya selama 6 bulan pertama pendidikan.

Boleh saja kita berbantah-bantahan, tetapi ini adalah fakta yang harus kita akui, sehingga seorang sejawat saya berhenti pendidikan ( bukan dari spesialisasi saya) karena kehabisan uang.

Batas antara bully dengan disiplin memang susah. Yang melakukan akan berlindung dibalik pernyataan bahwa itu dilakukan untuk meningkatkan disiplin. Menyuruh junior untuk melakukan “push up” dilapangan bola karena terlambat bukanlah suatu pembullian tetapi lebih tepat memang penegakan disiplin. Tetapi menyuruh junior jaga terus menerus adalah aksi bullying, menyuruh junior membayarkan tiket pesawat adalah aksi bullying, menyuruh junior membawa mobil dan mengantarkan istri ke pasar adalah aksi bullying. Memaksa junior mengisi kulkas dan kamar jaga dengan makanan, adalah suatu bentu aksi bullying. memaksa junior membiayai makan senior jaga adalah aksi bullying.

Saatnya kita harus introspeksi sistem pendidikan kita, saatnya kita melihat kedalam. Saatnya kita bercermin, melihat muka sendiri, melihat bopeng sendiri, melihat borok sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline