Lihat ke Halaman Asli

Analisa Dunia Eksistensial Dalam Buku "Taman Orang - Orang Jatuh Cinta & Memendam Rindu"

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

cinta itu bisa mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, mendorong untuk berpakaian rapi, makan yang baik – baik, memelihara akhlak yang mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, menjaga adab dan kepribadian.Tapi cinta itu juga merupakan ujian bagi orang – orang yang shalih dan cobaan bagi para ahli ibadah.Cinta merupakan timbangan antara akal dan rasa”.

Penggalankalimat diatas terdapat dalam karya Ibnul Qoyyim al - Jauziyah yang berjudul “ Taman orang – orang jatuh cinta dan memendam rindu” pada sebuah bab yang berjudul “Para pemuja Cinta”. Dalam bab ini, Ibnul Qoyyim membagi dua golongan manusia, ketika sedang merasa jatuh cinta.

Golongan pertama adalah orang – orang yang memuja cinta, mengangan – angankan dan menyukainya. Di dalam golongan ini Ibnul Qoyyim menggambarkan bahwa mereka adalah orang – orang yang akan bisa menikmati hidup, karena orang yang paling bisa menikmati sesuatu ialah yang paling mencintai sesuatu itu. Sebagai contoh para nabi dan Rasul yang mencintai istri dan kekasihnya.

Selanjutnya digambarkan bahwa menurut golongan ini, cinta yang dimubahkan akan mendatangkan pahala bagi pelakunya, sebagaimana yang dikatakan syarik bin Abdullah tatkala dia ditanya tentang orang – orang yang dimabuk cinta. “yang paling mendalam cintanya adalah yang paling banyak pahalanya” hal tersebut memang benar apabila yang kita cintai adalah yang juga dicintai oleh Allah. Selain itu orang – orang yang berada di dalam golongan ini juga menyebutkan bahwa orang – orang yang dimabuk cinta adalah titik - titik embun yang lembut.Tubuh mereka ringan dan lemas.Pasangan mereka menjadi lamban untuk diarahkan.Bisa tenang jika sudah bersanding dan mengikatkan tali cinta.Ucapan mereka tertanam di pikiran, menggerakan jiwa, mengguncang ruh dan tidak sedikit para cerdik pandai yang membicarakan keadaan mereka.

Golongan yang kedua adalah orang – orang yang mabuk cinta, digambarkan sebagai golongan yang kelewat batas dalam masalah cinta, yang akhirnya bisa membunuh pelakunya.

Abul- minjab berkata “tatkala thawaf saya melihat seorang pemuda yang badannya kurus kering dan lemah, mengeluh dan menggumamkan sebuah syair :

Kuingin semua menyatu di sini

Merasuk ke dalam hatiku bersemayam di dada

Kuingin cinta tiada sirna dihati

Keceriaan ada pada cinta atau lebih baik aku binasa

Saya berkata, “wahai anak muda, bukankah kesucian ka’bah ini melarangmu untuk berkata seperti itu?’

Dia menjawab, “memang demikian.Tapi demi Allah, cinta itu benar – benar memenuhi seluruh relung hatiku.Saya senang jika mengingat orang yang kucinta.Pikiranku menerawang jauh kepada orang yang mengetahui apa yang sedang bergejolak didalam diriku, sehingga angan – anganku semakin menerawang.Demi allah, lebih menyenangkan mendapatkan dirinya daripada mendapatkan kekuasan Amirul-mukminin.Saya berdoa kepada Allah semoga dia berkenan menyematkan cinta itu didalam hatiku selama hayat, menjadikannya alas tidurku di liang kubur, tak peduli apakah saya bisa bersanding dengannya atau tidak.

Dalam uraian yang telah di kemukakan diatas , maka dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka cinta itu dapat membawanya menjadi orang yang lebih baik manakala ia memaknai arti cinta didalam hidupnya sebagai motivasi diri yang mengarahkanya kepada hal – hal kebaikan. Seseorang tidak akan menjadi sempurna kecuali jika dia mencintai orang – orang yang memilki kesempurnanan, atau setidaknya menyerupai.Orang yang pandai bisa mencapai tingkat kepandaiannya tergantung kepada cintanya kepada ilmu.Begitu pula orang yang menekuni suatu profesi.Orang yang jatuh cinta harus memperhatikan akhlak dan tindakan yang terhormat, agar tabiatnya terangkat dihadapan orang yang dicintainya.

Sebaliknya, apabila seseorang memaknai cinta dialam hidupnya hanya sebatas dorongan nafsu bukan sebagai akhlak mulia maka cintanya tersebut dapat menghancurkan kehidupannya sendiri.Sebagaimana dikatakan “Cinta bagi ruh sama dengan kedudukan makanan bagi badan.Jika engkau meninggalkannya, tentu akan membahayakan dirimu, dan jika engkau terlalu banyak menyantapnya, tentu ia akan membinasakanmu”.

Daftar Pustaka :

Ibnul Qoyyim, Taman orang – orang jatuh cinta dan memendam rindu.Darul falah,2009.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline