"Kecil-kecil cabai rawit" peribahasa ini yang menggambarkan kecil-kecil si kapal tunda atau tug boat. Mengapa demikian? Pasalnya kapal kecil ini memiliki kekuatan super untuk menarik dan mendorong kapal yang lebih besar ukurannya. Biasanya kapal tunda bermanuver sebagai towboat pada kapal tongkang (bulk carrier) atau kapal yang rusak di laut lepas dan pelabuhan. Sedangkan pada kegiatan militer, kapal tunda dipergunakan sebagai kapal bantu dalam pelaksanaan operasi militer TNI. Secara singkat, kapal tunda merupakan kapal yang digunakan untuk melakukan manuver/pergerakan, utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan.
Sejarah Kapal Tunda
Keberadaan kapal ini tidak dapat dipisahkan dari transportasi laut selama 3 abad. Kapal ini ditemukan pada abad 18 saat penggunaan tenaga uap diimplementasikan pada kapal. Pada tahun 1736, Jonathan Hulls dari Inggris memasang mesin uap pada perahu kayuh. Secara teknis, Scottish Charlotte Dundas membuat kapal tunda bertenaga uap.
Scottish Charlotte Dundas pertama kali memulai perjalanannya menggunakan kapal tunda dengan 10 mesin uap. Dalam perjalanannya, ia tak sendiri. Dundas bersama denggan 20 penumpang lain, 2 kapal tongkang (bulk carrier) dengan muatan penuh sepanjang 19,5 mil. Adapun rute perjalanan dengan mengarungi sepanjang Terusan Forth & Clyde dekat Glasgow, Skotlandia dengan waktu tempuh 6 jam.
Pada tahun 1807, kapal uap tersebut dibawa ke Amerika Utara oleh Insinyur yang Bernama Robert Fulton. Tahun 1825, Rufus King dibangun agar kapal-kapal berlabuh di Pelabuhan New York. Pada pertengahan abad 18, penggunaan jalur transportasi laut semakin ramai untuk pengiriman barang sehingga kapal tunda digunakan untuk menarik kapal tongkang.
Berbagai eksperimen dilakukan agar kinerja kapal tunda lebih efisien, salah satunya memasang penggerak berupa baling-baling sekrup pada tahun 1870. Bagian bawah lambung miring ke atas untuk memberikan aliran air yang stabil ke baling-baling. Cara ini terbilang berhasil karena bilah logam pada baling-baling dapat membantu kinerja roda kayuh. Sistem komunikasi yang digunakan oleh nahkoda kapal tunda menggunakan peluit uap untuk memberitahu pihak Pelabuhan dan menyiapkan tempat berlabuh
Selanjutnya pada abad 19, tenaga diesel muncul dalam industri perkapalan karena dianggap lebih murah dan memerlukan sedikit awak dalam pengoperasian kapal. Sebagian besar kapal tunda bertenaga uap bertransformasi menjadi tenaga diesel. Kapal tunda bertenaga uap digunakan sampai dengan tahun 1950.
Lingkungan strategis global saat perang dunia I dan II memberikan dampak yang besar dalam perkembangan pembangunan kapal tunda. Kapal tunda dilengkapi dengan teknologi navigasi, alat komunikasi memadai, teknologi propulsi serta desain kapal yang sudah bertransformasi.
Adanya modernisasi kapal tunda ini memunculkan persaingan yang sengit. Pasalnya, kapal tunda dianggap lebih efektif dibanding dengan kapal cargo. Tren transportasi laut berkembang menjadi kapal tunda sebagai towboat untuk menarik kapal tongkang.
Tugboat sangat dibutuhkan dalam transportasi laut untuk misi penyelamatan kapal besar hingga keperluan komersial lainnya.
Kapal Tunda Indonesia
Kapal ini memiliki inisial TD (untuk kapal tunda laut dangkal) pada Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal). Kapal ini dikategorikan sebagai elemen satuan kapal bantuu (satban) mengacu pada aturan Pasal 3 PM 93 Tahun 2019 Tentang Sarana Bantu dan Prasarana Pemanduan Kapal. Kapal ini berfungsi sebagai kapal bengkel, logistic, transportasi, kapal layer latih dan lain-lain.
Dalam ketentuan aturan tersebut, panduan dalam hal perbantuan kapal tunda diklasifikasikan sebagai berikut:
- Kapal besar dengan ukuran panjang 70-150 meter dibantu dengan 1 kapal tunda
- Kapal besar dengan ukuran panjang 150-250 meter dibantu dengan 2 kapal tunda
- Kapal besar dengan ukuran panjang lebih dari 250 meter dibantu dengan 3 kapal tunda