Lihat ke Halaman Asli

SRI PATMI

Dari Bumi ke Langit

Akibat Minyak Murah Agen Sembako Terancam Merugi, Jika Pemerintah Tidak Lakukan Ini!

Diperbarui: 20 Januari 2022   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar : Mitrasembako.com

Minyak mahal heboh, minyak murah juga heboh. Memang kenapa ya? Itulah kompleksnya kehidupan manusia dan aspek kebijakan perekenomian yang harus mempertimbangkan banyak hal untuk dikaji. Memang benar, kebijakan tidak dapat memuaskan satu pihak saja tetapi meluas. Tetapi, sebelum kebijakan ini diterapkan, proses pengkajian harus memperhatikan banyak aspek yang akan terpengaruh dan terdampak. Maka plan A sampai dengan Z dipersiapkan. Maka skenario 1,2,3 dan seterusnya harus disiapkan sebagai jaring pengaman.

Salah satu contohnya adalah Kebijakan Minyak Murah Satu Harga dari Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Mendengar kata "MINYAK MURAH" jiwa emak-emak mana yang tidak akan terpanggil untuk segera bermanuver menyerbu swalayan meski bermodalkan daster tanpa make up. Apapun cerita dan drama yang terjadi saat berburu minyak murah, semuanya harus dilakoni agar dapur tetap bisa ngebul. Tempe dan tahu goreng akhirnya tidak menjerit merasakan penderitaan lagi karena digoreng dengan minyak yang dibuat super ngirit. Akhirnya, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi menjadi idola para emak-emak. Sangat bersyukur, sekarang kalo belanja ke swalayan bisa tersenyum di tray minyak goreng, harganya sudah bersahabat dengan kantong. Jika kehabisan stok bisa langsung pergi ke minimarket untuk membeli minyak murah. Apalagi jika butuh mendadak bisa langsung ke warung dan agen sembako dekat rumah.

Sayangnya... Harga minyak goreng di warung dan agen sembako masih mahal kayak dulu? 

Pupus sudah harapan emak berdaster dan memilih pergi ke minimarket meski lebih jauh dari rumah. Warung kecil yang ternyata dekat malah tidak bersahabat. Agen sembako termurah malah menjadi musuh bagi warung kecil karena harganya yang terpaut jauh dari harga pasaran.

Paradoks Ritel Modern dan Minimarket VS Agen Sembako dan Warung Kecil 

Satu sisi, kebijakan ini disambut bahagia oleh seluruh masyarakat atas hingga kebawah. Mulai dari orang kaya hingga sederhana dapat menikmati subsidi ini secara utuh. Animo masyarakat terhadap kebijakan minyak goreng satu harga ini disambut sigap dan cepat dengan munculnya antrian dan ludesnya stok minyak dalam sekejap. UMKM yang membutuhkan minyak goreng pun semakin senang, sedikit-sedikit masih mendapat keuntungan agar bisa menjalankan roda perekonomian mikro dan menggerakkan ekonomi skala nasional.

Fakta lain yang mencengangkan adalah agen sembako dan warung kecil menangis ketakutan. Mau protes tapi kemana? Pasalnya, minyak yang sudah dibeli dari supplier dengan harga diatas 14.000 harus dijual dengan harga berapa? Meskipun namanya kebutuhan pokok, pasti terjual dan dicari banyak orang, agen sembako berjualan juga untuk mencari keuntungan. Dengan adanya minyak murah harga 14ribu ini menjadi pukulan berat bagi agen sembako. Mereka sudah terlanjur membeli berkarton-karton dan menstok minyak saat harganya masih tinggi. Sekarang, masyarakat lari semua ke minimarket dan ritel modern? Selain itu, agen sembako juga akan merasa ngeri kena sanksi jika menjual harga diatas 14ribu.

Meski ada dualisme di pasaran, minyak murah VS minyak mahal, tetap saja bandrol kata "MURAH" itu selalu lekat dengan hati masyarakat. Apalagi murahnya minyak ini bukan kaleng-kaleng lagi, semua minyak dihargai 14.000. Ada merk Sania, Tropical, Bimoli, Tawon, Sovia, Bulan Sabit dan lain-lain. Dulu sebelum naik, harga minyak  kemasan 2 liter isi ulang itu adalah Bimoli Rp. 34.790, Fortune Rp. 23.500, Tawon Rp. 20.000. Masyarakat bisa memilih kualitasnya sendiri tanpa pusing dengan harga. Biasanya kan merk dan kualitas bagus juga harga tinggi.

Kajian Tambahan Bagi Pemerintah 

Saat ini banyak agen sembako mengharapkan sentuhan dari pemerintah, Jangan hanya memperhatikan satu aspek karena ritel modern dan minimarket itu sebagai sarana paling mudah untuk dikontrol pendistribusian dan pengawasannya lalu mengesampingkan agen sembako. Sebaiknya, simultan berjalan dengan pendistribusian subsidi minyak ke seluruh masyarakat, pemerintah harus memikirkan skenario bagi mereka yang sudah terlanjur memiliki stok minyak yang dibeli dengan harga mahal. Sebenarnya kan kondisi seperti ini tidak pernah diharapkan mereka. Sedari awal jika memang masyarakat kecil tahu kehadiran minyak murah, mungkin agen sembako pun akan mengatur pasokan minyaknya di gudang. Agen sembako berhak mendapatkan insentif dan kompensasi karena kebijakan ini. Jalan lainnya adalah menarik pasokan stok minyak agen sembako dengan minyak murah dari pemerintah. Agen sembako pun banyak yang menyerah, ketika konsumen menawar harga "Silakan cari minyak di Minimarket saja, Pak. Saya enggak sanggup harganya!"

Kebijakan ini memang memihak ke wong cilik, tapi wong cilik yang mana? Lho agen sembako kan bisa beli di Minimarket juga jika ingin dapat minyak murah? Masalahnya tidak sesederhana itu. Tetap saja sekarang ini masyarakat akan beli di swalayan, sekalipun harus beli dari agen itupun terpaksa karena malas jalan ke swalayan atau minimarket.

Akankah Kebijakan Minyak Satu Harga Ini Memunculkan Oknum Penimbun Minyak? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline