Lihat ke Halaman Asli

SRI PATMI

Dari Bumi ke Langit

Budaya Jam Karet! Janjian Jam 10 Datang Jam 12

Diperbarui: 19 Desember 2021   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar: lpmmakhibra.com

Budaya jam karet lekat dengan kehidupan kita. Janjian jam 10 datang jam 12 atau bilang sudah otw ternyata masih di rumah? Janjian dengan orang Jepang harus tepat waktu, janjian dengan orang New York yang serba cepat harus tepat jika terlambat akan merubah segala schedule. Beda halnya janjian dengan orang Indonesia pada umumnya, karena terbiasa santai. 

Maka dalam susunan acara sering kali tertulis acara dimulai jam 10, 1 jam kemudian acara baru dimulai. Sering kali panitia mensiasati jika acara mulai jam 9, maka rundown atau undangan ditulis jam 8 supaya kumpul dulu semua orang baru mulai acara. 

Di luar dari rasa disiplin diri, ternyata jam karet juga dipengaruh oleh aspek konsep waktu dan budaya. Mengapa demikian? Dalam ilmu komunikasi ada istilah yang mengatakan kronemika/chronemics yang berarti studi penafsiran tentang waktu sebagai bentuk pesan. Bagaimana diri kita memperlakukan waktu terhadap lingkungan sekitar. 


Polikronik dan Monokronik 

Didunia ini ada 2 konsep waktu yaitu monokronik (M) dan polikronik (P). Para penganut waktu monokronik beranggapan bahwa waktu adalah suatu yang tidak akan kembali lagi, jadi mereka begitu menghargai waktu yang sekarang sedang terjadi karena masa lalu tidak dapat diulang kembali. 

Waktu adalah uang, waktu itu berharga tidak bisa dipinjam, diulang, digadai atau dibuang begitu saja dengan cara yang sia-sia. Penganut waktu monokronik akan menepati waktu dan sangat menghargai waktu. Biasanya negara-negara yang menganut budaya ini adalah negara budaya Barat seperti Eropa Utara, Amerika Utara dan Australia. 

Penganut waktu M Terburu-Buru 

Penganut waktu M akan menggunakan satu segmen waktu satu tujuan 


Penganut waktu polikronik (P) beranggapan bahwa waktu adalah segala sesuatu yang dapat terulang kembali. Hal yang diutamakan oleh penganut P akan menghargai jenis pertemuan tersebut dibanding waktunya. 

Jadi, tak jarang penganut waktu P akan mengulur waktu dan menganggap segala sesuatu bisa diulang lagi, jika gagal meeting hari ini maka bisa direschedule. Mereka akan selalu menemukan alternatif jika waktu ngaret dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. 

Biasanya negara yang memiliki budaya seperti ini adalah negara budaya timur seperti Indonesia, Eropa Selatan seperti Italia, Yunani, Spanyol, Portugal. 

Penganut Waktu P Santai, Enjoy 

Tapi Menjadwalkan satu waktu untuk beberapa tujuan. 

Berjanji dengan orang Amerika Latin, Anda yang harus maklum terhadap mereka jika terlambat. Lain halnya dengan Amerika Utara, telat 10 menit dalam pertemuan, kesimpulannya adalah Anda orang yang tidak dapat diandalkan. Toleransi terhadap keterlambatan kehadiran dengan orang Amerika Utara 15 menit. 

Tepat waktu adalah penghormatan sementara keterlambatan adalah penghinaan. Orang-orang Mormon di Utah menganggap terlambat adalah penghinaan. Italia dikenal dengan "Dolce Far Niente" yang artinya menyenangkan sekali tidak melakukan apa-apa. 

Inti dari kehidupan timur adalah kesatuan anima mundi, spirit alam semesta dan ranah makhluk yang abadi sehingga perubahan dianggap ilusi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline