Lihat ke Halaman Asli

Bias Asa

Saya adalah seorang yang punya kegemaran mencurahkan isi kepala juga isi hati dalam tulisan

Senandung Danau Penantian

Diperbarui: 2 Februari 2019   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri

Tak semisal embun
Angin yang mendidih di penghujung pagi
Kala surya mulai sepenggalan
Sepasang mata lelah
Menyatu dengan nyanyian danau penantian
Jarinya bergerak ingin tuliskan sebuah kisah
Yang tak pernah usai direguk takdir

Sepasang mata berembun
Lalu beningnya mengalir bersama alunan lagu
Hatinya bertalu
Pilu

Mata berair
Lagu danau penantian
Matahari sepenggalan
Dan hati yang pilu
Semua menyatu di alam rasa
Tentang kisah tak usai
Tentang kasih tak sampai
Tentang jiwa yang retak

Sepasang mata lelah
Renungnya terbang ke cakrawala
Lalu pecah berderai dibakar surya
Jarinya tak usai tuliskan kisah
Semua terhenti di penghujung resah
Senandung danau penantian pun terhenti
Mati dalam puisi

Kepahiang, 02 Februari 2019

11.56


Sumber : dokpri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline