Minggu lalu ada 100 orang kompasianers yang diundang oleh pihak istana (100 orang ini datanya valid, ga perlu diperdebatkan orisinalitas ke 100 orang tersebut, karena mereka masih orisinal orang, belum malaikat, apalagi hantu ataupun tuyul). Pasca diundangnya ke 100 orang tersebut, maka pro kontra pun ramai di lapak kompasiana, ada yang protes, ada yang netral, ada yang kalem (kaya lembu, :-p), ada yang mewek, ada yang sok bijaksana dan bahkan ada yang berniat kabur dari lapak ini. Mengapa ada banyak reaksi dari aksi diundangnya ke 100 orang tersebut? Karena kita masih manusia. Manusia kan punya rasa ego, rasa ingin diperlakukan lebih, rasa ingin menguasai, rasa ingin eksis, rasa lebih daripada kompasianers yang lainnya dari segi paling tajir, paling rame, paling produktif, paling tua, paling berpengalaman, paling populer, rasa ingin pamrih karena di saat pilpres adalah salah satu die hardnya presiden di kampungnya dan banyak lagi alasan yang bisa kita utarakan.
Nah, ditengah sengitnya persidangan MKD di Senayan, Rabu sore kemarin, kembali presiden mengundang para pelawak dan komedian di negeri ini ke istana. Sama seperti ke 100 orang tersebut, mereka juga diundang tanpa embel-embel paling lucu, paling tua, paling berkontribusi saat pilpres kemarin, toh yang paling penting mereka diundang dan diberi makan. Titik. Full Stop. Apakah ada perdebatan mengapa si Polo Srimulat kaga diundang? atau mengapa Kadir tidak diundang? Mengapa Jaja Miharja tidak diundang? Masa bodohlah. Diundang yah datang, kaga diundang yah sabar, kalo pun ternyata diundang tapi ga kesampaian karena gagal teknis yah berbesar hatilah, mungkin belum rezeki.
Nah, mengapa presiden kemudian mengundang para komedian dan pelawak ke istana? Mungkin (ini teori gw yah, bisa salah dan bisa keliru, karena kebenaran tak ada dalam opsi gw ) ingin menyindir para kompasianers yang ribut saban hari setelah peristiwa tersebut. Mungkin presiden membaca perseteruan antara para kompasianers, antara kompasianers dengan admin dan sebagainya. Dan untuk meredakan perseteruan tersebut, presiden ingin mengolok-olok para kompasianers yang masih saja meributin 100 orang tersebut. Nah, pelajaran apa yang bisa kita petik dari sini? Baru diundang presiden aja ke istana kita sudah protes sana sini, merasa paling hebat dan paling lainnya. Bagaimana kelak anda diundang ke surga? Jangan-jangan Tuhan pun kalian protes, kok tetangga saya masuk surga Tuhan?, saya kok delay dan bahkan ga dipanggil? He he he,.........lucu sekali tingkah polah kalian, diundang yah bersyukur, tak diundang juga yah bersyukur juga-ternyata belum rezeki, simple aja bukan? Emang ada dalam terms and condition Kompasiana yang "begini" kelak akan diundang ke istana? Ndak ada toh? Lalu apa yang kalian ributkan? Hadeuh...........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H