Lihat ke Halaman Asli

Karateristik Tafsir Al-Huda, Tafsir Quran Basa Jawi Karya Brigjend (Purn.) Drs. H. Bakri Syahid

Diperbarui: 27 Mei 2024   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Al-Qur'an merupakan mukjizat yang diturunkan Allah sebagai pembenar kitab-kitab terdahulu yang memiliki arah sebagai petunjuk umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Al-Qur'an adalah firman Allah yang mutlak dan benar setiap kandungan ayat-ayatnya diperlukan pemahaman1 sehingga lahirlah tafsir al-Qur'an sebagai penjelas maksud dari ayat-ayat yang ada didalam al-Qur'an. Mufassir pertama adalah Nabi Muhammad SAW hingga para sahabat dan saat ini para ulama yang ahli dalam penafsiran al-Qur'an. Dalam menafsirkan al-Qur'an terdapat empat metode yaitu, pertama metode Ijmali (global) menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an dengan cara mengemukakan makna global. Kedua metode Tahlili (Analisis) menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an dengan cara mengalisis dan menjelaskan secara teliti mengenai maksud didalamya. Ketiga metode muqaran (komparatif) yaitu membandingkan ayat-ayat al-Qur'an dengan ayat al-Qur'an yang lain, membandingkan ayat-ayat al-Qur'an dengan Hadits Nabi Muhammad dan membandingkan ayat-ayat al-Qur'an dengan ijtihad para ulama dalam menafsirkan al-Qur'an. Keempat metode Maudhu'i (Tematik) semua ayat dibahas secara mendalam sesuai dengan tema/judul dari berbagai aspek seperti asbabun nuzul, kosa kata dan sebagainya serta diperkuat dengan hadits-hadits Nabi Muhammad.

Tafsir nusantara meliputi tafsir Tarjuman al-Mustafid bi al-Jawi karya Syekh Abdur Rauf as-Sinkily (1615-1693M), seorang yang berasal dari Aceh yang menulis karya tafsir dengan bahasa melayu. Kemudian tafsir Marah Labid karya Syekh Nawawi al-Bantani tafsir ini selesai ditulis pada 20 Desember 1887 M, ditulis dalam bahasa Arab. Kitab Faid ar-Rahman karya K.H. Shaleh Darat (1820-1903M) yang ditulis dalam bahasa jawa. Selanjutnya K.H. Shaleh darat yang juga menafsirkan al-Quran menggunakan bahasa jawa dengan huruf arab pada tahun 1892 M. Dan tafsir karangan Prof. K. H. R. Mohammad Adnan dengan judul Tafsir Al-Quran suci Basa Jawi, tafsir ini hampir mirip dengan tafsir al-Huda. Akan tetapi menurut Imam Muhsin dalam bukunya, tafsir ini lebih menonjol sebagai kitab terjemahan, karena minimnya penjelasan. Selain itu beberapa karya, ada beberapa tafsir yang populer dan masih digunakan oleh banyak masyarakat untuk mengkaji al Quran. Seperti tafsir Al-Iklil fi ma'ani al-Tanzil karya Kyai Mishbah Musthofa, Al-Ibriz li Ma'rifah Tafsir Al-Quran Al-Aziz karya Kyai Bishri Musthofa. Pada tahun 1977, muncul tafsir dari seorang purnawirawan dari Yogyakarta yang kemudian dicetak untuk pertama kalinya pada tahun 1979. Tafsir tersebut diberi nama Al-Huda Tafsir Qur'an Basa Jawi. Tafsir ini bisa dikatakan unik, karena menggunakan bahasa jawa halus dan kental dengan budaya jawa dalam penafsirannya. Keunikan lain dari tafsir ini adalah karena ditulis oleh seseorang yg berpangkat kolonel dan berkecimpung dalam dunia militer dan politik.

Biografi Bakri Syahid

Bakri syahid lahir pada hari Senin Wage tanggal 16 Desember 1918 di kampung Suronatan, kecamatan Ngampilan, kotamadya Yogyakarta. Nama aslinya adalah Bakri, sedangkan Syahid adalah nama tambahan yang diambil dari nama ayahnya Muhammad Sayhid. Beliau lahir di kampung yang sama tempat kelahiran ibunya dan tumbuh besar disana, ibunya bernama Dzakirah. Beliau merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Keluarga beliau dikenal sangat religius oleh penduduk sekitar kampungnya dan sangat kental dalam organisasi agama Muhammadiyah.

Pendidikan agamanya di peroleh dari sekolah Kweekschool Islam Muhammadiyah dan beliau lulus pada tahun 1935. Kemudian beliau menjadi pengajar mengikuti jejak kakak perempuannya, Siti Aminah, di H.I.S Muhammadiyah Sepanjang, Sidoarjo, Surabaya. Setelah itu beliau mengikuti kakak iparnya untuk melanjutkan tugas pengabdiannya di Sekayu Palembang hingga tahun 1942. Pada tahun 1963 beliau telah menyelesaikan pendidikan di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1964 beliau dikirim oleh Jenderal Ahmad Yani untuk melanjutkan tugas pendidikan militer di Amerika Serikat tepatnya di Fort Hamilton, New York, USA.

Bakri Syahid menikah dengan Siti Isnainiyah sesuai dengan wasiat dari sesepuhnya, dari pernikahan tersebut beliau di karuniai seorang anak laki-laki bernama Bagus Arafah namun anak tersebut meninggal pada usia 9 bulan. Untuk mengenang anaknya beliau mengabadikan namanya menjadi nama perusahaan yaitu PT. Bagus Arafah yang berjalan di bidang percetakan, laboratorium dll. Tafsir al-huda termasuk karya yang di cetak oleh percetakan tersebut. Setelah pensiun beliau ingin memiliki seorang anak namun tidak kunjung di karuniai sehingga ayah beliau mengutusnya untuk menikah lagi dengan seorang murid beliau di Madrasah Mu'allimat. Pada tahun 1983 beliau akhirnya menikah dengan muridnya tersebut yang bernama Sunarti dan di karuniai dua orang anak yang bernama Siti Arifah Manishati dan Bagus Hadi Kusuma.

Deskripsi Latar Belakang Penulisan Tafsir al-Huda

Karya tulis beliau yang berhasil di publikasikan antara lain, Tata Negara RI, Ilmu Jiwa Sosial, Pertahanan dan Keamanan Nasional, Ilmu Kewiraan, Ideologi Negara Pancasila Indonesia, Kitab Fikih, Kitab Aqaid dan Tafsir al-Huda. Beliau mulai menulis tafsir al-Huda pada tahun 1970 yang pada saat itu beliau masih menduduki jabatan sebagai Asisten Sekretaris Negara RI dan rektor di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tafsir al-Huda selesai ditulis pada tahun 1977 dan di terbitkan pertama kali pada tahun 1979 oleh percetakan offset persatuan Yogyakarta PT. Bagus Arafah.

Latar belakang Bakri Syahid menulis tafsir al-Huda terdapat tiga faktor yaitu, berawal dari pemikiran beliau mengenai pembentukan moral bangsa sesuai al-Qur'an. Menurut beliau ini bukan perkara yang mudah namun tugas mulia. Disamping itu beliau ingin memberantas kemiskinan dan kebodohan di era pembangunan dan tetap berpegang pada kepribadian sosial. Faktor kedua yaitu pertemuan dalam acara sarasehan di kediaman syekh Abdul Manan, Mekkah dan Madinah. Beliau bertemu dengan para jamaah haji dan masyarakat jawa yang merantau di Suriname, Singapura, Muangthai dan Filiphina. Dalam acara tersebut beliau mendengar mereka membutuhkan tafsir yang di salin dari bahasa latin dan diterjemahkan ke bahasa Jawa. Kemudian faktor ketiga, dikarenakan minimnya tafsir yang menggunakan bahasa daerah khususnya jawa. Padahal dengan tafsir bahasa jawa ini masyarakat lebih mampu memahaminya dari pada tafsir yang berbahasa Indonesia. Berangkat dari situlah beliau mulai menyusun menulis karyanya dengan harapan bisa membangun moral dan budi pekerti bangsa, serta menambah khazanah tafsir yang ada di Nusantara.

Setelah selesai ditulis pada tahun 1977 dan pada tahun 1979 tafsir al-huda diterbitkan untuk pertama kalinya oleh penerbit offset PT. Bagus Arafah, Yogyakarta. Pertama kali diterbitkan tafsir al-Huda dicetak sebanyak 10.000 eksemplar. Pada penerbitan berikutnya tafsir ini diterbitkan sebanyak delapan kali dan setiap penerbitannya dicetak 1000 hingga 2000 eksemplar. Sesuai pengakuan istri Bakri Syahid dalam hasil wawancara Imam Muhsin, beliau mengatakan bahwa tafsir al-Huda tidak hanya dicetak dan disebar di Indonesia saja namun untuk masyarakat jawa yang berada di Suriname. Selain itu dalam tulisan Imam Muhsin mengatakan bahwa tafsir al-Huda dari segi fisik tidak tampak berubah walaupun sudah di terbitkan beberapa kali. Setelah Bakri Syahid wafat pada tahun 1994, kitab tafsir al-Huda tidak pernah dilanjutkan penerbitannya. Hal ini disebabkan karena tidak ada anggota keluarga yang mau melanjutkan pengelolaan tafsir al-Huda.

Karakteristik Tafsir al-Huda

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline