Lihat ke Halaman Asli

Selayang Pandang Tafsir Al-Quran Suci Basa Jawi Karya Prof. K.H.R. Mohammad Adnan

Diperbarui: 21 Mei 2024   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: https://bqmi.kemenag.go.id/koleksi/p/tafsir-al-quran-suci-basa-jawi

Penafsiran Al-Qur'an hakikatnya bukan sekadar praktik memahami teks (nash) Al-Qur'an, tetapi juga berbicara tentang realitas yang terjadi dan dihadapi oleh penafsir. Sebagai produk budaya, tafsir Al-Qur'an berdialektika dengan kultur, tradisi, serta realitas sosial politik. Hal-hal tersebut terjadi di sepanjang sejarah penulisan dan publikasi tafsir Al-Qur'an di Nusantara. Tampak pada pemakaian bahasa, aksara, serta isu sosial, politik, dan ideologi yang dikontestasikan. Dinamika penulisan tafsir Al-Qur'an yang demikian, menjadikan tafsir Al-Qur'an berbahasa Jawa merupakan fenomena yang penting dikaji. Di tengah popularitas bahasa Indonesia dan aksara Latin sejak era awal abad ke-20, bahasa Jawa masih hidup dalam tradisi penulisan tafsir Al-Qur'an di Indonesia dengan variasi aksara dan bahasa jawa juga digunakan. Terdapat tiga unsur nuansa budaya Jawa yang menjadi nilai tersendiri untuk menunjukkan ciri khas menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan bahasa Jawa, yaitu pertama, tatakrama bahasa, yaitu tatakrama bahasa atau sering disebut unggah-ungguh basa (tingkatan bahasa) yang dalam bahasa Jawa sendiri memiliki perbedaan dalam hal usia. Kedua, ungkapan tradisional Jawa, yaitu seperti ungkapan dan pribahasa, hal ini juga menjadi ciri khas dalam tafsir Jawa yang memiliki kandungan makna berupa prinsip hidup orang Jawa.

Prof. K.H.R. Mohammad Adnan  merupakan putra ketiga dari Kanjeng Raden Penghulu Tafsiranom V (Penghulu Keraton Kasunanan Surakarta). Beliau dilahirkan pada 16 Mei 1889/16 Ramadan 1818 tahun Jawa dan meninggal pada tahun1969. Memiliki nama kecil Shauman, ia menjadi seorang ulama terkemuka di daerah Yogya dan Surakarta. Ia juga merupakan sosok seorang pendidik yang bergerak di bidang pendidikan tinggi Islam. Pendidikan agama pertamanya didapatkan dari ayahnya sendiri, kemudian diteruskan menimba ilmu di beberapa pesantren, seperti Mangunsari, Ngawi, dan Jamsaren. Tahun 1908 Mohammad Adnan pergi ke Mekah, yakni Madrasah Darul Ulum untuk memperdalam ilmu terutama dalam bidang fikih dan tafsir.14 Tak cukup sampai di sana, pada tahun 1914 ia pulang ke Indonesia dan melanjutkan pendidikannya di Madrasah Mambaul Ulum Sala, Jawa Tengah hingga tahun 1916.

Karir Mohammad Adnan dalam bidang pendidikan dimulai dengan menjadi guru di Madrasah Islamiyah Sala sejak kepulangannya dari Mekah tahun 1914. Ia juga menjabat sebagai pegawai pada Raad Agama dan Landrad (Pengadilan) di Sala sejak 1923 hingga 1941. Kemudian ia dipindahkan ke Jakarta untuk menjabat sebagai Ketua Mahkamah Tinggi Islam hingga tahun 1952. Ia sempat mengajar di Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta pada tahun 1943. Lalu pada tahun 1948 ia diangkat Pemerintah RI sebagai Kepala Sekolah Guru dan Hakim Islam di Sala.

Sekolah Guru dan Hakim Islam yang dikepalai Mohammad Adnan dibakar oleh Belanda tatkala terjadi Aksi Militer Belanda ke-II. Mohammad Adnan bersama dengan K.H. Imam Gozali, K.H. As'ad serta beberapa teman lainnya kemudian mendirikan Perguruan Tinggi Islam Indonesia pada awal tahun 1951. Tiga fakultas yang mengawali pendirian perguruan tinggi ini, yakni Fakultas Agama Islam, Fakultas Hukum, dan Fakultas Ekonomi. Problem keuangan menjadikan perguruan tinggi ini kemudian bergabung dengan UII (Universitas Islam Indonesia) yang telah berdiri lebih dahulu. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 1950, Fakultas Agama UII Yogyakarta dialihkan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).

K.H. Raden Mohammad Adnan ditetapkan sebagai rektor pertama perguruan tinggi ini didampingi oleh Mr. R.A. Sunario sebagai sekretaris perguruan Beberapa pemikiran Mohammad Adnan dalam bidang keagamaan antara lain dalam bidang fikih, tasawuf, akidah dan syariat Islam. Beliau juga termasuk seorang ulama yang produktif dalam menghasilkan karya tulis. Salah satu karya fonumentalnya ialah Tafsir Al-Qur'an Suci Basa Jawi yang dicetak pertama kali pada tahun 1924.16 Tafsir ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa umumnya dan masyarakat daerah Surakarta khususnya untuk memahami dan menelaah makna yang terkandung dalam Al-Qur'an yang berbahasa Arab. Tafsir Al-Qur'an Suci Basa Jawi ini merupakan tafsir Al-Qur'an berbahasa Jawa yang menggunakan metode penafsiran ijmali (global), yakni menjelaskan ayat secara singkat dan global, serta tidak sering memberikan keterangan-keterangan dalam menjelaskan suatu ayat. Tafsir ini merupakan tafsir Al-Qur'an bahasa Jawa yang masih berkaitan dengan karya-karya keislaman yang lain, dalam artian tafsir ini tidak memberikan porsi yang besar terhadap penggunaan penalaran akal. Sistematika yang digunakan dalam tafsir ini runtut sesuai mushaf Al-Qur'an, yaitu yang dimulai dari surah al-Fatihah hingga surah an-Nas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline