Lihat ke Halaman Asli

Paryono Yono

Menulis untuk berbagi

Sang Mentari dan Pedosa

Diperbarui: 7 Agustus 2019   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap pagi sang mentari masih tetap setia melangkah
menebar kehangatan di muka bumi
Bergerak dari ujung timur menuju ujung barat melewati langit katulistiwa

Cahaya sang mentari menghangatkan mahkluk yang kedinginan
Membantu pepohonan melakukan fotosintesis
Serta mengeringkan hasil panen agar dapat dikonsumsi

Sang mentari tidak mengurungkan langkah meski di sana ada si musafir merasakan terik yang menyengat

Sang mentari tidak mundur walau sejengkal meski di sana ada binatang yang kehausan

Sang mentari tidak perduli meskipun rumput dan dedaunan sudah mulai mengering

Sang mentari tetap acuh meskipun tanah sudah menganga

Apa pun yang terjadi sang mentari tetap setia pada garis edarnya
Sampai senja hadir dan dia mempersilahkan rembulan menunaikan kewajiban

Sang mentari bukan abdi musafir
Sang mentari tidak bekerja pada binatang, rumput atau pepohonan

Sang mentari adalah makhluk yang merdeka
Dia hanya terikat pada satu titah
Dia hanya menjalankan perintah dari Yang Maha Pemurah

Dari kejauhan
Sang pendosa hanya bisa termangu mengagumi kebebasan sang mentari
Sebab dia masih terbelenggu oleh ambisi dan terikat oleh nafsi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline