Lihat ke Halaman Asli

Paryono Yono

Menulis untuk berbagi

Mutiara Terpendam dari Stori Masa Kecil

Diperbarui: 27 Juni 2019   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika berkumpul keluarga, hal yang paling menarik adalah ketika bercerita tentang masa kecil. Saking asyiknya waktu berjam-jam tidak terasa. Beban dipundak sejenak seakan lepas. Tugas di depan mata menjadi lupa. Cerita-cerita peristiwa masa kecil dapat merefresh hidup menjadi lebih segar.

Dalam perbincangan terkadang muncul berbagai cerita yang dulunya lupa menjadi ingat kembali. Dari realita yang sebelumnya buram menjadi lebih jelas. Peristiwa satu demi satu keluar, dari yang menyedihkan, memalukan, menjengkelkan, sampai menyenangkan.

Stori masa kecil memang memang selalu menarik, juga bermanfaat. Ada yang dapat diambil menjadi pelajaran penting saat ini dan yang akan datang. Berguna tidak hanya bagi saya, tapi juga dapat menjadi pesan berharga bagi generasi selanjutnya.

Saya tidak tahu apakah disengaja atau tidak, namun yang jelas, lewat peristiwa masa kecil itu orang tua seakan mengajarkan bagaimana bertindak tanduk. Bagaimana seharusnya bergaul dengan keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar.

Ketika Diremehkan

Dulu ketika awal menginjakkan kaki ke bangku kuliah, banyak tetangga yang menyepelekan. Tidak sedikit yang meremehkan. Bagi mereka yang tidak suka beranggapan tidak patut bagi petani pelosok pinggir hutan menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi.  Cukup sekolah dasar ditambah sedikit ketrampilan bertukang atau berdagang, nanti juga bisa makan, anggapan mereka.

Mereka memandang sebelah mata akan kemampuan orang tua kami untuk membiayai keempat anaknya di bangku kuliah. Apalagi orang tua kami hanya lulusan SD dengan pekerjaan petani. Secara kasat mata hanya mendapatkan penghasilan tiap empat bulan sekali selepas panen.

Namun orang tua kami tidak banyak cakap. Memang toh percuma saja ditanggapi karena perbedaan sudut pandang. Selain itu tidak ada yang bisa untuk membela diri. Belum ada bukti yang bisa disodorkan untuk menyangkal cercaan tetangga tersebut.

Bapak ibu hanya fokus bekerja, mengurus anak sambil sesekali silaturrahmi untuk melepas sumpek atas berbagai persoalan hidup. Bertemu Pak Yai atau mendengar wejangan dari orang yang berpengalaman menyekolahkan anak. Mendengarkan penuturan dari orang yang berilmu dan berpengelaman seperti guyuran hujan di masa kemarau. Menutup pori-pori yang kering serta mendinginkan suasana hati.

Menanam Kebaikan

Kesabaran dibutuhkan ketika dihimpit persoalan. Selain pelajaran sabar akan cercaan, lewat stori masa kecil saya juga diajarkan untuk menanam kebaikan sebanyak-banyaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline