Lihat ke Halaman Asli

Memimpin Antara

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 3 Juli Tahun 1998, saya dilantik sebagai Pemimpin Umum LKBN ANTARAdengan Keppres dari Presiden Habibie untuk menggantikan Pak Handjojo. Visi, misi, sikap politik dan kinerja saya tulis dalam laporan berjudul “LKBN ANTARA Memasuki Milenium Baru” kepada Presiden Abdurrahman Wahid pada HUT LKBN ANTARAke-62 tanggal 13 Desember 1999.

Secara singkat, dalam bidang redaksi saya melakukan desentralisasi pemberitaan. Setiap biro boleh melepas beritanya sendiri tanpa harus menunggu disunting oleh redaksi pusat. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses penyiaran dan memenuhi permintaan media massa lokal akan berita lokal. Berita seperti itu jika dikirim ke Jakarta mungkin dibuang, karena dianggap terlalu lokal. Padahal, di daerah ia bisa menjadi berita utama. Ini menuntut kreativitas para wartawan di daerah dan tanggungjawab kepala biro. Diharapkan desentralisasi ini juga akan menghasilkan uang tambahan.

Di bidang kesejahteraan, sebagai orang yang berasal dari bawah, saya tahu gaji dan kesejahteraan wartawan/karyawan serta pensiunan ANTARAmasih di bawah standar. Karena itu dan kebetulan uangnya ada, saya memutuskan menaikkan gaji karyawan dan uang pensiun. Juga saya memutuskan membangun 152 unit rumah untuk karyawan golongan bawah di Tambun, Bekasi.

Untuk mencukupi ruangan kerja dan mengurangi biaya sewa di gedung Wisma ANTARA saya memutuskan juga membangun gedung empat tingkat di belakang gedung ANTARA lama di Pasar Baru, Jakarta. Untuk membantu karyawan golongan rendah dan pensiunan saya mendirikan Dompet Peduli ANTARA yang dananya berasal dari sumbangan sukarela dari seluruh pimpinan, karyawan dan wartawan yang terpanggil dan sumbangan-sumbangan lain dari luar yang halal dan tidak mengikat.

Di bidang usaha saya mendirikan unit-unit usaha strategis (UUS) dengan menggantikan bagian-bagian yang sebelumnya merupakan cost centremenjadi profit centre. Di bidang politik, saya memutuskan melarang seluruh pimpinan, termasuk diri saya, dan karyawan/wartawan LKBN ANTARAuntuk menjadi pengurus parpol manapun, termasuk Golkar. Ini saya sampaikan di hadapan Pak Akbar Tanjung, Mensesneg, yang juga

Ketua Umum Golkar. Dharma Wanita Sub Unit LKBN ANTARA juga saya bubarkan dan saya ganti menjadi IKANTARA (Ikatan Keluarga ANTARA), mengingat karyawan ANTARA bukan anggota Korpri. Demi proses demokratisasi pengambilan keputusan pimpinan, saya mendorong berdirinya Majelis Karyawan ANTARA sebagai mitra manajemen.

Sebagai Pemred, saya berusaha keras menjadikanANTARA kantor berita independen, sekalipun orang tahu saya teman dekat Habibie. Ini bisa dibuktikan dalam file-file berita ANTARA selama kepemimpinan saya. Menjelang Pemilu 1999, saya aktif menggelar dialog antarparpol di Auditorium Adhiyana bekerjasama dengan Koenrad Adenauer Stiftung, yayasan asal Jerman, dan berkeliling kampus-kampus terkemuka untuk dialog tentang Pemilu dan Media Massa. Kinerja keuangan ANTARA pada akhir tahun anggaran 1998/1999 mencapai surplus Rp. 43 miliar. Tentu ini bukan hasil kerja keras saya sendiri dan teman-teman, nilai tukar dolar yang tinggi dan nasib memang membantu.

Follow twitter saya @ParniHadi01

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline