Lihat ke Halaman Asli

Nestapa

Diperbarui: 28 Agustus 2024   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari enggan lagi menguap pagi ini
Awan hitam melegam tak bergeming
Kini aku meluncur menyerup menyambut hampa
Dimana kenyataan terbahak menyaksikan diri yang tak pernah jera dari lamunan

Inilah sebuah kegaduhan ekspresi
Kewarasanku tak bertolak barang segaris
Bertengger diam
Aku dibangunkan gerombolan tokek bersiul diujung genteng
Mengharap atas hari penuh cahaya

Mendung di ufuk Ciremai
Siapa berani meninggalkan kasur empuk
Remuk rasa bangkit mengilu
Yang pasti
Masih sebatas angan

Melanjutkan mimpi yang kandas dimakan jeda
Kakiku enggan bila tak terpaksa
Berbisik saja
Mengapa nampak jauh api dan panggang
Tidakkah tau kalau itu lelucon

Bertengger warna dikejauhan
Nampak dekat
Tetap saja tak ada kompromi
Biarkan saja lamunanku terbang melintasi ruang
Tak apa bukan. paling lolongan dari luar yang gaduh masih kalah dari dalam perut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline