Detoksifikasi Term Teranyar Pasca Perang Gaza
Sepanjang berakhirnya Perang Gaza bahkan jauh sebelumnya baru seorang Oliner, anggota Dewan Peringatan Holocaust AS yang ditunjuk Trump yang menyuarakan suara berbeda tetapi sesungguhnya senada dengan kalangan Kristen Zionis dunia plus kaum Evangelis dunia, yaitu bahwa relokasi warga Arab-Palestina dari Gaza adalah dalam rangka membangun kembali Gaza dan di negara yang akan menampungnya nanti seperti Mesir, Yordania dan Indonesia (kalau bisa dan nggak mencla-mencle). Di negara-negara tersebutlah warga Arab-Palestina ini didetoksifikasi, sebab mereka pada dasarnya adalah bangsa revisionis yang tak berbelas kasihan.
"Detoksifikasi"
Istilah "detoksifikasi" digunakan Oliner untuk menggambarkan relokasi warga Arab-Palestina ke negara-negara Arab termasuk negara Islamis seperti Indonesia bersifat sementara tentunya. Kalaupun ada yang menentangnya sebagai stigmatisasi terhadap kelompok yang telah menjadi korban konflik berkepanjangan. Itu wajar karena delusi HAM dan sebangsanya. Istilah teranyar ini yang pasti mencerminkan framing terkini dari orang-orang kepercayaan Trump, bahwa warga Gaza atau orang Arab-Palestina adalah semacam zat yang perlu dimurnikan sementara Gaza dibangun kembali oleh para kontraktor Arab.
Relokasi sebagai solusi
Relokasi warga Gaza ke negara lain seperti Mesir, Yordania, atau bahkan Indonesia tidaklah bertentangan dengan prinsip dasar hak asasi manusia, sebagaimana digembar-gemborkan kalangan pembenci Israel. Sementara mereka didetoksifikasi, Gaza hanya dibangun kembali yang tak mungkin tuntas dalam 2-3 tahun ke depan. Itupun kontraktornya berasal dari negara-negara Arab sekitar, khususnya Qatar.
Kristen Zionis dan Evangelis Dunia
Pihak pembenci Israel, termasuk Indonesia, menolak usulan itu. Mereka menuding narasi detoksifikasi warga Arab-Palestina itu adalah "jahat dan tanpa belas kasihan". Itu adalah adalah bagian dari upaya propaganda yang diadopsi oleh beberapa kelompok Zionis maupun kalangan Evangelis Kristen yang melihat konflik ini dari sudut pandang agama dan geopolitik. Niat baik Trump itu dibalik dan bukannya ditafsirkan positif. Toh hanya seorang Trump yang mampu mewujudkan itu bukan.
Dampak terhadap Dunia Internasional
Komunitas internasional tentu tak mudah menerima narasi seperti itu. Bagi mereka yang historisitasnya pendek sependek ibu jari, mereka hanya memandang bahwa dunia akan semakin jauh dari solusi yang adil dan damai. Sebaliknya, upaya membangun dialog yang mendasar tentang keadilan, hak-hak warga Arab-Palestina, dan tanggungjawab Israel sebagai kekuatan ofensif yang tetap bertahan dan tak bergeming dari ancaman sebesar apapun dari poros perlawanan yang dipimpin Iran semakin jauh dari Impian dunia Arab akan two states solution.