Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Pengukuhan Larangan TikTok Jelang Pelantikan Trump 20 Januari 2025

Diperbarui: 16 Januari 2025   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjuk rasa di depan Mahkamah Agung dlm meyakinkan parlemen AS utk tetap membolehkan TikTok. (Sumber : bbc.com).

Pengukuhan Larangan TikTok Jelang Pelantikan Trump 20 Januari 2025

Membaca BBC edisi terbaru belum lama ini dikatakan TikTok akan dilarang di AS pada 19 Januari - kecuali Mahkamah Agung menerima upaya hukum terakhir dari pemiliknya di China, ByteDance, karena tindakan tersebut akan melanggar konstitusi.

Tetapi bahkan jika otoritas peradilan tertinggi negara setuju dengan pengadilan yang lebih rendah - dan Kongres - bahwa platform tersebut merupakan ancaman terhadap keamanan nasional, apakah itu benar-benar akan menghentikan warga AS menggunakannya?

Akankah ada cara untuk menghindari larangan tersebut - atau dapatkah presiden terpilih Donald Trump menemukan cara untuk menghentikan undang-undang yang ia tolak, bahkan jika pun pengadilan mendukungnya.

Dan apa pun yang terjadi pada TikTok, siapa yang akan diuntungkan dari ketidakpastian yang mengaburkan masa depannya itu.

Perkembangan terbaru mengenai potensi larangan TikTok di AS menjelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden pada 20 Januari 2025 menghadirkan beberapa implikasi menarik dari berbagai aspek, antara lain politik, hukum, teknologi, ekonomi, dan budaya digital.

Aspek Politik dan Hukum

Larangan TikTok oleh pemerintah AS berakar pada kekhawatiran terhadap keamanan nasional, khususnya potensi pengumpulan data warga AS oleh ByteDance yang berbasis di China. Ketegangan geopolitik antara AS dan China menjadi latar belakang kebijakan ini.

Trump, meskipun dikenal sebagai salah satu pengkritik ByteDance selama masa jabatan sebelumnya, tampaknya kali ini memilih pendekatan moderat dengan meminta Mahkamah Agung menunda penerapan undang-undang larangan. Hal ini menunjukkan kepentingan politik dan ekonomi pada kenyataannya lebih kompleks daripada sekadar keamanan nasional.

Jika Mahkamah Agung mendukung larangan, otoritas hukum AS akan menetapkan preseden besar terkait bagaimana regulasi internet bisa digunakan untuk melarang platform tertentu. Namun, jika Mahkamah Agung menolak, ini akan menjadi kemenangan simbolis bagi TikTok dan kebebasan digital.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline