Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Teknologi China Dipertanyakan Begitu ART Gagal Uji Coba di IKN

Diperbarui: 18 November 2024   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknologi China Dipertanyakan Begitu ART Gagal Uji Coba di IKN

Membaca The Star edisi Sabtu 16 Nopember 2024 terbaca berita mengejutkan Indonesia akan mengembalikan kereta api cepat otonom (ART) buatan China setelah kereta tersebut gagal beroperasi secara otonom selama uji coba pada bulan September dan Oktober lalu di ibukota Nusantara.

Perpaduan antara kereta api, trem, dan bus, ART adalah sistem transportasi umum cerdas yang menggunakan sensor dan roda karet dan dapat beroperasi dengan atau tanpa rel. Sistem transportasi ini diproduksi oleh BUMN China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC).

Pengembang Ekosistem Digital Otoritas IKN, mengatakan, masih membahas rencana pengembalian unit kereta ART ke China dengan Kementerian Perhubungan. Pengembaliannya akan dilakukan tahun ini. Ini semua tergantung pihak Kementerian Perhubungan apakah akan dilanjutkan atau tidak, demikian pihak pengembang.

Otoritas IKN melakukan uji coba kereta api ART pada 12 September hingga 22 Oktober lalu di Kawasan Pusat Pemerintahan Nusantara (KIPP) pada rute yang melewati kantor menteri koordinator satu hingga empat, Poros Kebangsaan Timur dan Poros Kebangsaan Barat.

Tim penilai menemukan moda otonom tidak berfungsi seperti yang diharapkan karena intervensi manual dari pengemudi masih diperlukan dalam situasi darurat. Juga tercatat pengemudi masih perlu meletakkan tangannya di kemudi dan siap beralih dari kendali otomatis ke manual. Selain itu, tidak ada rencana kecepatan atau pengereman untuk rute tertentu atau kontrol rute yang dapat diprogram. Sistem pengereman otonom juga gagal menunjukkan kemampuan untuk secara otomatis mengerem, memperlambat, atau mengeluarkan peringatan saat ada rintangan atau benda melintas di depan kereta. Tak heran pengembang IKN kurang yakin dengan keandalan sistem kendali otonomnya.

Menanggapi rencana pengembalian unit ART, Kementerian Perhubungan mengatakan pemerintah tidak akan mengalami kerugian jika proyek dihentikan karena vendor ART menanggung biaya uji coba. Juru bicara Kementerian Perhubungan mengatakan, pihaknya tidak mempermasalahkan apabila hasil evaluasi Otoritas IKN menunjukkan kereta otonom tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan.

Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan mengatakan sistem kereta api tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh Otoritas IKN dan hasil pembuktian konsep menunjukkan sistem otonom tidak berfungsi dengan baik.

Pengembangan ART di Nusantara digagas Menteri Perhubungan yang ketika itu dijabat Budi Karya Sumadi, usai melakukan kunjungan ke China pada pertengahan Januari lalu, termasuk singgah di CRRC. Diluncurkanlah segera proyek pengadaan tiga unit ART bernilai Rp 210 miliar (US $ 13,2 juta).

Budi mengatakan pada Januari lalu bahwa setiap kereta akan mengangkut 307 penumpang dan dapat memanfaatkan jalan umum alih-alih mengandalkan jalur khusus. Meskipun memiliki kecepatan tertinggi 70 kilometer per jam, ia akan dioperasikan pada kecepatan 40 km/jam. Selain Nusantara, Budi juga berencana mengembangkan sistem ART untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di kawasan wisata Kuta, Bali. Pengumuman itu muncul hanya beberapa hari sebelum Budi mengakhiri masa jabatannya sebagai menteri perhubungan. Proyek ART di Nusantara dan Bali menandai ketiga kalinya Indonesia memilih kereta api China untuk sistem angkutan umum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline