Selamat Jalan Kak Loide Pakpahan
10 September ybl aku ke Jakarta via KA Matarmaja. 11 September dini hari sampai sudah di setasiun Bekasi. Tak lama kemudian anakku Ofi-Rian pun datang menjemputku ke setasiun. Dengan E 200 sampai sudah di rumah mereka di bilangan Summarecon tak jauh dari setasiun.
Bagaimanapun perjalanan jarak jauh antar-propinsi Malang-Jakarta cukup berat kendati sudah full ac. Saya pikir KA untuk generasi cucuku yad haruslah KA dengan rel maglev, artinya ia harus berkereta yang berbantalan magnet. Nah kalau KA semacam ini, pastilah nggak bakal ada lagi irama jadul rel KA yang per gerbong beratnya sampai 30 ton dan berbunyi berisik bertalu-talu karena tak punya bantalan magnet.
Karena letih belum hilang aku pun tertidur dan bangun setelah Mentari meninggi dari peraduannya. Ee aku baru ingat si Milky, itu anjing poodle yang dibawa anakku Ofi-Rian dini hari ketika menjemputku di setasiun. Paginya baru tau oo ini toh si Milky. Lucu dan menggemaskan memang Milky. Rambutnya ikal. Dan wanginya keren. Maklumlah Ofi dan Rian rajin memandikan dan membawanya ke salon. Kalah Sophia Latjuba. Aku pun langsung bercengkerama dengan si Milky. Dia senang bermain bola keqnya. He He.
Setelah mereguk kopi pagi, aku kembali melamun. Betapa cepatnya perputaran waktu itu Oo my Lord. Ya, aku kembali sadar dibuat kopi Robusta yang kureguk tadi bahwa kedatanganku ke Jakarta kali ini setelah 4 tahun bersemedi di kota Malang adalah untuk ngelayat Kakakku Loide Pakpahan di Jaksel. Ia kembali ke rumah Allah setelah menapaki hidup sepanjang 77 tahun. Aku pikir memang itulah waktu yang tepat bagi Kakakku untuk berpulang ke rumah Allah. Kalau bahasa sekulernya Kakakku sudah menerima bonus yang cukup hingga usia 77 tahun.
Setelah diantar Ofi pangkas rambut ke Barbershop Capitan di bilangan Summarecon, aku pun bergegas mandi untuk meluncur ke rumah duka di bilangan Prapanca Jaksel.
Sampai di rumah duka kl Pk 16.00. Wah sudah ramai rupanya. Karena mendahului acara Martonggo Raja akan ada acara yang tak kalah penting yi keponakanku Ricky dan pasangannya Mungil akan diadati dan Mungil yang wong Yogya akan diberi marga Sinaga dari garis Mamanya Abang iparku yang bermarga Sinaga.
Akupun bergegas kedalam untuk menyalami Abang Iparku dan keluarga. Setelah menatap wajah Kakakku yang akan dikasi ulos saput besok, aku merasa lega bahwa ia tampak semakin chantique dan terkesan seperti orang yang tertidur lelap.
Aku kembali ke depan, tempat saudara dan handai taulan berkumpul, Milky si poodlenya Ofi-Rian menjadi sebuah oase di tengah gurun kesedihan. Anjing mungil ini mengingatkanku pada kepolosan anak kecil yang tidak mengenal duka. Ia adalah simbol dari kegembiraan sederhana yang sering kita lupakan dalam kesibukan hidup.