Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Kericuhan PB NU-PKB di Masa Transisi Kekuasaan

Diperbarui: 20 Agustus 2024   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wapres RI Ma'ruf Amin menerima kunjungan Yenny Wahid, di kediaman resmi Wapres, Jakarta. (Sumber : ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Wapres).

Kericuhan PB NU-PKB Di Masa Transisi Kekuasaan

Pertikaian antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) seringkali muncul ke permukaan, terutama ketika mendekati periode pemilihan umum atau ketika terjadi perbedaan pandangan dalam hal kebijakan politik. Ini bukan pertama kalinya terjadi, dan pertikaian itu seringkali dipicu oleh perbedaan pandangan mengenai peran NU dalam politik, hubungan antara organisasi keagamaan dan partai politik, serta kepentingan para pemimpin kedua institusi.

PKB didirikan oleh tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1998, terutama oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur), untuk mewakili aspirasi politik warga Nahdliyin. Seiring waktu, meski ada hubungan erat, keduanya berkembang menjadi entitas yang terpisah. NU secara organisasi menyatakan diri sebagai ormas keagamaan yang tidak terlibat langsung dalam politik praktis, sementara PKB adalah partai politik yang berpartisipasi dalam pemilu dan menjalankan agenda politik.

Konflik muncul ketika ada perbedaan pandangan tentang bagaimana hubungan ini harus dijaga. PBNU frequently mengkritik langkah-langkah politik PKB yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip NU, sementara PKB merasa memiliki hak untuk mengembangkan agenda politiknya sendiri.

Di dalam PKB sendiri, ada dinamika politik internal yang tak jarang menyebabkan ketegangan dengan NU. Misalnya, perubahan kepemimpinan dalam PKB atau langkah-langkah politik tertentu yang diambil oleh PKB yang dapat memicu respons dari PBNU.

Ini adalah dinamika yang cukup umum di antara organisasi yang memiliki akar sejarah yang sama namun tujuan yang berbeda. Pertikaian semacam ini bukan sekadar keributan biasa, tetapi mencerminkan perbedaan mendasar dalam visi, strategi, dan prioritas kedua organisasi. Namun, keributan ini biasanya tidak berlarut-larut dan cenderung diselesaikan melalui dialog internal karena adanya ikatan historis dan kepentingan bersama untuk menjaga harmoni di kalangan Nahdliyin.

Ketegangan ini dapat berdampak pada persepsi publik, khususnya di kalangan Nahdliyin, dan tak jarang bisa mempengaruhi konstelasi politik nasional, terutama menjelang pemilu. Namun, umumnya, kedua pihak berusaha meredakan ketegangan demi menjaga stabilitas dan persatuan di dalam komunitas Nahdliyin.

Kita jadi bertanya-tanya apakah ada peran keluarga almarhum Gus Dur seperti Yenni Wachid misalnya dalam pertikaian ini. Karena semua orang tahu Yenni tak pernah akur dengan PKB sejak ayahnya dikudeta PKB versi Muhaimin Iskandar beberapa waktu lalu.

Keluarga almarhum Gus Dur, terutama Yenny Wahid, seringkali memainkan peran penting dalam dinamika hubungan antara PBNU dan PKB. Sejak peristiwa pemecatan Gus Dur dari kursi penting PKB oleh Muhaimin Iskandar pada tahun 2008, hubungan antara keluarga Gus Dur dan PKB, terutama di bawah kepemimpinan Muhaimin Iskandar, memang tegang.

Peran Yenny Wahid

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline