Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Suatu Malam di Ijen Boulevard Malang

Diperbarui: 29 Juni 2024   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wawan Penjaja Starling atau Starbuck Keliling di Ijen Boulevard, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Suatu Malam di Ijen Boulevard Malang

Kalau kita "dolanan" ke downtown Malang dari arah barat, pertama-tama kita akan sampai di persimpangan lonceng yi ujung timur Jln Veteran yang kalau dilanjut lurus melalui Slamet Riyadi akan berujung di Kajoetangan. Nah, kalau nggak mau nyasar ke Kajoetangan yang sekarang lagi semrawut parah itu, saya suggest di persimpangan lonceng, langsung belok ke kanan saja, maka sampai sudah kita di Ijen Boulevard yang memanjang sampai di pertigaan Kawi dan Bareng.

Ijen Boulevard adalah kawasan ikonik yang penting bahkan vital bagi kota Malang, kalau tidak ntahlah seperti apa Malang nanti kalau dilihat pesatnya perkembangan pembangunan di kota Malang sekarang, Dimana-mana bangunan perumahan dan perumahan dan perumahan, seakan seluruh warga pulau Jawa atau katakanlah warga Jawa timur ingin pindah ke kota Malang. Mengapa? Sumpek disana dan nyaman disini, kata sejumlah orang dari beraneka daerah yang kutanya.

Ijen Boulevard di malam hari. Foto : Parlin Pakpahan.

Begitulah suatu malam aku duduk bersantai agak di pertengahan Ijen Boulevard tak jauh dari gereja Katedral, Taman Buring, hutan kota Malabar, dan Graha Cakra. Nyaman disini, karena belum banyak perubahan yang boten-boten, kecuali kini ada Warkop kekinian Kopi Kenangan, ada Burger King, ada Starbuck. Simbol kekinian itu ada sekarang, tapi tak mendominasi kawasan.

Aku duduk bersantai malam itu, dan di sebelah kananku ada sepasang kekasih, dan di sebelah kiriku dua perempuan muda sedang asyik bersendagurau diselang-seling ambil foto selfie dengan background rumah-rumah megah tempo doeloe, kedua anak ini keqnya mahasiswa.

Aku nggak ambil  pusing, asallah terbangun koeksistensi di antara kita-kita orang yang lagi duduk bersantai di Ijen Boulevard pada malam itu.

Yang terasa berubah sekarang, di jalanan tak ada lagi rombong atau gerobak dagangan yang biasanya berjalan keliling menawarkan dagangannya. Sekarang yang terlihat adalah Starling atau Starbuck Keliling atau penjaja minuman panas keliling yang bermodalkan tentengan termos berisi air panas siap seduh untuk apa saja, khususnya Kopi. Minuman sachetan bergelantungan di keranjangnya. Tapi cukup kreatif arema Starling ini, karena tentengannya ringkas saja, nggak seperti dagangan rombong atau gerobak, yang melihatnya aja kita sudah repot.

Sepasang kekasih di Ijen Boulevard. Foto : Parlin Pakpahan.

Starling yang tak lama kemudian lewat di depanku segera kupanggil. "Kopi e siji Sam. Kopi opo sing ono?" (Sam = Mas, karena ciri arema adalah membalik istilah-istilah penting, seperti murah menjadi hamur dst). Lelaki Starling yang ramah dan sedikit kocak itu merespon "Kopi sachetan thoq Pakde. Sampeyan cocok e Kopi Kapal Api. Piye, tak seduh saiki".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline