Rusia Semakin Melaju dan Ukraina Semakin Menyurut
Euforia awal atas perjuangan Ukraina yang tidak diunggulkan melawan Rusia telah menguap, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Pemecatan jenderal tertingginya, Valeriy Zaluzhnyi, yang merupakan arsitek kecemerlangan pertahanan awal Ukraina, oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky belum lama ini menggarisbawahi bahwa negara yang terkepung itu semakin membutuhkan penyegaran. Perang Rusia Vs Ukraina belum akan berakhir dan harapan bahwa perang tersebut akan dimenangkan Ukraina menjadi kenyataan yang semakin memudar.
Pemecatan Zaluzhnyi dimotivasi oleh faktor pribadi, politik, dan militer. Itu terjadi ketika serangan Rusia terus berlanjut tanpa terpengaruh oleh sanksi Barat dan setelah gagalnya serangan balasan Ukraina pada tahun 2023. Daya juang Ukraina telah menurun dan perhatian dunia mulai beralih. Meski Ukraina pernah meraih kemenangan dan tidak langsung kalah, negara ini mulai merasakan konsekuensi besar dari perang yang telah berlangsung selama 24 bulan ini.
Penolakan Ukraina untuk menyerah dalam perang ini seakan hal yang luarbiasa. Kesatuan tujuan dan komitmen kolektif, yang dimunculkan dan dilambangkan oleh Zelensky memang berhasil menopang negara ini selama tahun pertama perang, termasuk bantuan uang, dan persenjataan dari Barat yang memungkinkan Zelensky membangun pertahanan yang kokoh. Tapi pada perempat pertama tahun ini, Rusia yang justeru melaju tak terbendung.
Ukraina telah merebut kembali sekitar setengah wilayah yang sebelumnya dikuasai Rusia, namun kerja keras militer yang dilakukan sejauh ini tidaklah mematikan, maka tidak menarik. Para ahli di AS memperkirakan pada Agustus 75.000 tentara Ukraina telah tewas dari 200.000 pasukan tempurnya. Kegagalan serangan balasan pada tahun 2023 mempersulit banyak orang untuk mempertahankan optimisme mereka dan mengabaikan penderitaan pribadi mereka.
Jajak pendapat belum lama ini menunjukkan rata-rata komitmen absolut masyarakat Ukraina terhadap perang tsb melemah. Pada Januari 2023, hanya 29% warga Ukraina yang menginginkan atau bersedia agar Ukraina merundingkan diakhirinya perang dengan Rusia. Pada bulan Nopember, jumlah ini meningkat menjadi 42%.
Ketidakpuasan ini terlihat dari semakin banyaknya kaum pria yang tertangkap ketika mencoba menyelinap keluar dari Ukraina untuk menghindari wajib militer. Beberapa di antaranya telah membayar ribuan dolar kepada penyelundup manusia untuk dibawa melintasi perbatasan barat, terkadang disembunyikan di balik kain terpal. Pada Agustus 2023, Zelensky memecat semua perekrut militer karena menerima suap dari mereka yang berusaha menghindari dinas militer. Namun kenyataan yang tidak menyenangkan adalah puluhan ribu orang diyakini telah melakukan hal tsb.
Serangkaian skandal yang terjadi belum lama ini di Ukraina juga tidak membantu semangat dalam negeri. Hal ini termasuk skandal korupsi pengadaan senjata senilai US $ 40 juta. Kasus lainnya melibatkan lima pejabat di perusahaan nuklir milik negara Energoatom yang dituduh menyalahgunakan US $ 2,65 juta dari proyek yang didukung AS.
Yang lebih menarik, seorang anggota Parlemen dari partai politik Zelensky kedapatan memalsukan dokumen medis untuk mendapatkan izin meninggalkan negara tsb, hanya untuk berlibur bersama keluarga di Maladewa. Anggota parlemen lainnya, yang merupakan anggota partai Zelensky hingga tahun 2021, diketahui sedang berlibur di Barcelona bersama pacarnya. Kenyataan ini mengikis komitmen kolektif terhadap perang, dan terhadap visi Ukraina pasca-perang, yi Ukraina yang modern dan demokratis, bebas dari korupsi.
Realitas ekonomi di Ukraina juga tidak membantu. Lebih dari US $ 54 miliar kerusakan telah terjadi pada bangunan tempat tinggal, sehingga mengakibatkan krisis perumahan. Perekonomian secara keseluruhan telah mampu mengatasi badai ini lebih baik dari perkiraan, khususnya di Kyiv. Namun rata-rata inflasi di atas 21%, pengangguran di atas 15%, dan pengiriman uang menurun dengan cepat.