Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Ngelongok Jazz di Negeri ini

Diperbarui: 26 Maret 2024   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Jazz Player di AS. Foto : musicalbridges.org

Ngelongok Jazz di Negeri Ini

Musik Jazz adalah genre musik yang lahir dari komunitas Afro-Amerika di New Orleans, Louisiana, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Jazz dipengaruhi oleh Blues dan Ragtime, dan terus berkembang pesat sejak era "Jazz Age" di tahun 1920-an.

Beberapa ciri khas Jazz antara lain Musisi Jazz kerap membuat melodi dan harmoni spontan saat pertunjukan, sehingga terkesan "berdialog" dengan instrumen lain; adanya ritme yang "berayun" (swing). Ini membuat pendengarnya ingin bergerak mengikuti irama; adanya penggunaan "nada biru" (blue notes) atau nada-nada yang sedikit "didesah" dari tangga nada standar, sehingga menghasilkan kesan melankolis atau emosi yang mendalam; Jazz bisa dimainkan berdasarkan komposisi yang sudah ada, namun juga bisa dikembangkan secara bebas oleh para musisinya.

Jazz terus berkembang dengan berbagai sub-genre, dari yang riang dan ceria sampai yang bernuansa eksperimental. Para musisi legendaris seperti Louis Armstrong, Duke Ellington, Charlie Parker, dan Miles Davis adalah beberapa tokoh penting yang membentuk sejarah Jazz.

Harus diakui Jazz berkembang pesat di blantika musik dunia. Hanya saja di negeri ini musik jazz relatif sulit berkembang.

Banyak orang Indonesia yang belum familiar dengan musik jazz.  Genre ini sering dianggap rumit dan sulit dimengerti, sehingga kurang menarik bagi khalayak umum.  Pendidikan musik di sekolah juga jarang fokus pada jazz.

Tempat pertunjukan musik jazz masih terbilang terbatas, terutama di luar kota besar.  Hal ini membuat musisi jazz sulit untuk mendapatkan panggung dan menjangkau publik. Media massa pun kurang memberi perhatian pada musik jazz.

Jazz sering diidentikkan dengan gaya hidup elit dan eksklusif.  Stigma ini membuat orang beranggapan bahwa jazz bukan untuk mereka.

Di Indonesia, genre musik pop, dangdut, dan rock jauh lebih populer dan mendominasi industri musik. Hal ini membuat musik jazz sulit bersaing dan mendapatkan perhatian publik.

Banyak musisi jazz senior yang sudah tidak aktif, dan belum banyak talenta muda yang muncul untuk meneruskan tradisi jazz.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline