Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

PSI Pilihan Kalangan Milenial dan Gen Z di Malang Raya

Diperbarui: 11 Desember 2023   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaesang dan Grace Natalie bertatap muka dgn kaum milenial dan gen Z di MOG, dekat stadion lawas Gajayana. Foto : Dahlia Irawati, kompas.id

PSI Pilihan Kalangan Milenial dan Gen Z di Malang Raya

Sejak Kaesang Pangarep, anak bungsu Presiden Jokowi, dikukuhkan sebagai Ketum atau Ketua Umum PSI menggantikan Giring Ganesha akhir September lalu, sepertinya negeri ini terguncang gempa vulkanik meski tak sampai 5 skala richter. Bayangkan, baru kemarin terima KTA atau Kartu Tanda Anggota PSI, besoknya dikukuhkan dan langsung ngeBos di PSI. Ada apa di balik ini?

Saya pikir reaksi itu wajar saja. Maklum 2 pilpres berturut-turut sebelumnya Indonesia benar-benar dilanda gempa vulkanik berskala richter cukup tinggi. Bayangkan lagi bahwa bangsa ini sampai terpolarisasi karena penggunaan politik identitas, meski bukan adu keimanan atau adu pokrol bahwa keyakinankulah yang terbenar. Bukan. Yang terjadi, yi agama tertentu dijadikan tool politik untuk membanjiri jalanan, membanjiri medsos dan membanjiri dunia pemberitaan pada umumnya. Semuanya tak lain soal keimanan baru tentang siapa bakal presiden yang harus dimenangkan, Jokowi atau Prabowo?

Kini, pada perioda kedua Jokowi, suasana semakin tenang dan tenang di negeri Konoha ini, apalagi Prabowo yang semula lawan kini menjadi kawan Jokowi dan duduk di kursi Menhan lagi. Damai sepertinya sudah membumi.

Di tengah kedamaian tapi gersang jelang akhir kekuasaan Presiden Jokowi, kita sekarang menuju pemilu serentak 2024. Manuver PSI tentu tak bisa disalahkan, karena memang setiap parpol bebas menentukan siapa Ketumnya. Mereka punya aturan internal tentang itu dan tak ada aturan yang mengikat tentang apa siapa dan bagaimana model ketumnya, kecuali tentang pemilu itu sendiri.

Mengapa negeri ini terkesan gersang, meski hujan sudah mulai turun sejak Nopember ybl. Kita terlena dan lupa memupuk tanaman politik kita di masa damai itu. Dunia politik memang unique. Tiba-tiba muncul Kaesang, dan tiba-tiba muncul nama Gibran Rakabuming Raka. Keduanya anak kandung Presiden Jokowi. Yang satu bim sala bim jadi Ketum PSI dan yang kedua bim sala bim jadi Cawapres Prabowo.

Ingat, ketika PSI via pembinanya Grace Natalie tiba-tiba meradang karena kepongahan PDIP yang mengacuhkan PSI begitu saja. PSI gerah, karena itikad baik PSI baik dalam Projo maupun pencalonan Capres Ganjar Pranowo sama sekali tak direken oleh partai berlambang banteng merah bermoncong putih ini.

Halomoan Siadari Bacaleg PSI Dapil Lowokwaru, kota Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Ketika Prabowo menyambangi PSI, menyemburlah dari cangkem Grace bahwa Ok kita nggak digubris PDIP soal sikap politik kita. Itu nggak masalah, karena kita sekarang Stand With Gerindra, dimana bos besarnya malah mendatangi kita untuk bersama-sama mengayuh perahu politik kita masing-masing menuju pemilu serentak 2024.

Benar PDIP kini partai besar setelah mengarungi lautan politik Indonesia sejak Orba hingga sekarang. Kita bisa membayangkan bagaimana tragedi kemanusiaan yang dihadapi oleh PDIP ketika markas besarnya di Salemba diserbu "aparat" pada peristiwa Kudatuli 1996, 2 tahun jelang Soeharto lengser dari kekuasaannya. Bagaimana saat Megawati Soekarno dihadang dimana-mana. Bahkan di era reformasi saja Mega dan PDIP masih dikuyo-kuyo. Lihat misalnya seorang politisi PPP yang menyatakan Mega tak layak jadi Presiden RI, karena ia hanyalah seorang Perempuan yang menurut tafsir agama tertentu tak layak jadi pemimpin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline