Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Tangis Goenawan Mohammad dalam Pusaran Who's Jokowi

Diperbarui: 7 November 2023   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangisan Goenawan Mohammad  & pasangan ber-skor tinggi Prabowo-Gibran untuk Pilpres 2024. Foto : Dikolase dari hajinews.co.id & antaranews.com

Tangis Goenawan Mohammad dalam Pusaran Who's Jokowi

Hari ini putusan MKMK tentang hasil putusan MK yang digugat oleh sejumlah orang yang tidak puas terhadap keputusan MK tentang batas usia capres-cawapres, Mereka menuding Anwar Usman Ketua MK telah menyalahgunakan jabatannya sebagai Ketua MK. Jokowi telah mendorong MK mengambil keputusan kontroversial itu.

Saya tak hendak ikut-ikutan menggugat MK, tapi ingin menegaskan satu hal bahwa keputusan MKMK hari ini (ntah pukul berapapun itu nanti diumumkan) hanyalah seputaran norma atau "ugeran". Apakah para Hakim pemutus itu melanggar norma atau tidak. Yang terbanyak dilaporkan misalnya Ketua MK Anwar Usman yang adalah Paman Gibran sekaligus Adik Ipar Presiden Jokowi, menyusul Hakim Sitompul. Hakim Saldi Isra sendiri yang semula mempersoalkannya, juga dilaporkan.

Yakinlah, sidang MKMK tak akan menganulir keputusan MK bahwa batas usia capres-cawapres tetap 40 tahun, dengan "tambahan" dimungkinkan di bawah itu pun bisa sejauh telah berpengalaman sebagai kepala daerah dan pernah ikut pemilu. Mengapa? Keberadaan MK adalah amanat konstitusi dan apakah mungkin sidang MKMK akan mengkerdilkan keberadaan MK seperti itu dengan menganulir keputusannya. Ya tidaklah, except masalah norma atau "ugeran" thoq.

Sampai menit ini kegaduhan itu semakin menjadi-jadi, bahkan setelah keputusan MKMK pun kegaduhan itu akan terus berlanjut. Mengapa? This is war atau dalam bahasa kromo inggil : Ini pilpres Bung!

Dalam pemilu "One Man One Vote", atau satu warga, satu suara. Itu adalah kekuatan sekaligus kelemahan demokrasi. Tapi bagaimanapun itu pula puncak demokrasi sebagai puncak peradaban politik manusia, kata Francis Fukuyama.

Suara satu orang professor akhli bedah katakanlah nyaris sejajar dengan dr. Christian Barnard, satu orang filsuf pemikir seperti Franz von Magnis Suseno, dan satu orang mantan wartawan senior seperti Goenawan Mohammad, itu sama nilainya dengan suara satu orang petani, satu orang buruh, atau satu orang pekerja serabutan yang SMP pun nggak tamat.

Dengan kerangka demokrasi seperti ini, bagaimana kita merespon berita yang viral tentang Goenawan Muhammad soal Jokowi. Ia menyatakan kekecewaannya pada Jokowi dengan menitikkan air mata.

Mendengar wawancara Goenawan Mohamad dengan Rosi dalam sebuah talkshow di Kompas TV belum lama ini, betapa wartawan senior yang sudah pensiun dari Tempo ini kesungguhannya dalam talkshow itu terkesan jujur dengan segala kesedihannya.

Goenawan Mohamad dalam kesempatan itu menyoal sikap Jokowi atas Gibran, dan putusan MK. Ia merasa Jokowi ingkar janji. MK tak lagi bisa dipercaya. Gibran terlalu dipaksakan untuk diberi jalan tol mendampingi Prabowo Soebianto menjadi calon wakil presiden.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline