Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Kompetisi Superketat Pilpres 2024: Meraup Suara Kaum Muda

Diperbarui: 26 Oktober 2023   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gen Z dan Pemilu 2024. Foto : konde.co

Kompetisi Superketat Pilpres 2024 : Meraup Suara Kaum Muda

Sampai dengan saat ini ini masih banyak orang yang bingung dengan Gibran Rakabuming Raka. Bukannya karena telmi atau telat mikir, tapi nggak ngira anak muda 36 tahun seperti Gibran bisa ikut kontestasi Pilpres 2024 mendampingi seorang yang super senior dalam perpolitikan negeri ini, yi Prabowo Soebianto (72 tahun). Coba kalau dia anak dari The Ordinary People. Apa mungkin? Brengsek. Dinasti politik nih, umpat mereka.

Tak heran sampai saat ini publik luas masih membombardir bahwa ini nggak masuk akal, ini gegara Presiden Jokowi ayahandanya Gibran jadi dalang utama, Presiden Jokowi "salah gaul" dengan Prabowo, ini gegara Prabowo yang kebelet mau jadi presiden setelah kegagalannya dalam pilpres sebelumnya, ini gegara MK, karena MK di bawah Anwar Usman dan ybs adalah paman Gibran dst dst. Capek deh. He He ..

Di tangan "maestro politik" seperti Jokowi yang tak harus S3 dari Harvard, katakanlah begitu, ini benar-benar sebuah "revolusi".

Jokowi boleh dikata tak pernah berubah. Dia tetap slow tapi pasti dengan segala langkahnya. Gibran sudah besar. Kalau Gibran dicawapreskan. Itu kan pilihan rakyat. Orangtua tinggal merestui saja, demikian Jokowi.

Anatomi revolusi dalam konteks seperti ini mengacu pada pemahaman mendalam tentang perubahan sosial yang besar. Pastinya Gibran adalah bagian terpenting dari masyarakat kita now yang tengah mengalami transformasi yang signifikan.

Apa yang memicu perubahan itu. Pemicu utamanya adalah ketidakpuasan terhadap keadaan sekarang. Fondasi untuk lepas landas sudah diletakkan sang presiden yang tak lama lagi akan lengser, tapi bagaimana menyempurnakan semua legacy itu ke depan.

Ketidakpuasan itu cukup banyak, mulai dari rule of law, pelayanan kesehatan yang tak memadai, UMR yang tetap menjadi persoalan kita tahun ke tahun, masalah ketahanan pangan, brain drain generasi muda kita ke luar negeri, dan puncaknya ya bonus demografi Indonesia.

Sistem kita sekarang sepertinya sudah luber karena tak sanggup lagi menampung aspirasi generasi muda ntah itu kaum milenial hingga gen Z ke bawah.

Dalam kaitannya dengan Pemilu 2024, lihat komposisi pemilih. Jumlah pemilih dari kalangan milenial (usia 29-44) dan Gen Z (usia 18-27), itu sangat mendominasi hingga 113 juta jiwa atau 56,45% dari total pemilih. Dengan rincian 66,8 juta (33,60%) pemilih milenial dan sebanyak 46,8 juta (22,85%) adalah pemilih Gen Z. Dua kalangan ini merupakan dua teratas jumlah pemilih pada pemilu 2024 -- Lihat megashift.fisipol.ugm dalam https://tinyurl.com/yv3au7d3

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline