Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Kepemimpinan Indonesia di ASEAN dalam Pusaran AsPac

Diperbarui: 19 Juli 2023   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi sedang berpidato di hadapan para menlu peserta KTT Asia Timur. Foto : channelnewsasia.com dipetik dari AFP.

Kepemimpinan Indonesia di ASEANsdalam Pusaran AsPac

Negara-negara Asia Pacific atau AsPac sedang diteror pergeseran geopolitik dunia oleh para raksasa pemain lama seperti AS dan Persekutuan Atlantik Utara atau Nato, Rusia dan China.

Boleh dikata pasca Afghanistan, isu internasional tentang equilibrium baru dalam tatanan global secara perlahan tapi pasti telah mengubah iklim politik dalam hubungan internasional. Except dunia barat, negara-negara selebihnya seakan telah berbulat tekad perlunya perubahan tatanan global lama ke tatanan global baru.

Tatanan lama adalah tatanan yang didominasi negara-negara besar bermental Perang Dingin pasca PD II. Sedangkan tatanan baru yang dimimpikan adalah dunia multipolar yang tidak lagi harus bertumpu pada Blok Barat di bawah AS atau Blok Timur di bawah Rusia-China.

Artefak lama yang menjadi semacam monumen peringatan disini adalah bubarnya Uni Soviet terhitung 1991 atau 32 tahun lalu. Sedangkan yang menjadi warning bagi pemain lama perang dingin yi AS dkk yang tak juga sadar akan perubahan itu adalah wajah baru Rusia dan China sekarang, termasuk munculnya kekuatan-kekuatan baru yang harus diperhitungkan seperti India, Brazil dan Afrika Selatan.

Krisis Ukraina yang masih berlangsung hingga sekarang adalah gambaran nyata sosok baru Rusia yang sama sekali tak sudi AS dan barat akan merengkuh seluruh Eropa Timur yang di kemaharajaan Soviet dulu adalah wilayah pengaruhnya. Kalau sampai Ukraina yang adalah jengkal terakhir barrier pengaruhnya menjadi puppet Nato, maka apa bedanya Rusia dengan negara-negara tak berdaya lainnya di luar Pakta Nato yang banyak didikte barat dalam segala hal.

Hal terurai di atas jelas menggambarkan kepada kita bahwa suka tak suka telah dan sedang terjadi pergeseran geopolitik dunia yang tak sepenuhnya disukai AS dkk. AS dan dunia barat maunya tetap menghegemoni dunia, meski terbukti gagal dengan pendudukannya selama kl 20 tahun di bumi Afghanistan. Sementara Soviet yang sudah lama bubar dan kini digantikan wajah baru Rusia, dan China lama yang kini telah digantikan China baru yang berkekuatan ekonomi serta didukung iptek super sekarang ini. Menyusul di belakangnya ada India, Brazil dan Afrika Selatan pasca Nelson Mandela yang luarbiasa kemajuannya di bidang perekonomian yang juga didukung iptek super. Semuanya seakan sepakat AS dan barat sudah waktunya menghentikan semua aktivitas hegemonistis itu.

Di teater Aspac, China semakin memperkukuh cengkeramannya di Laut China Selatan bahwa itu adalah teritori nasionalnya yang tak boleh diganggu gugat siapapun. Pernyataan tergarangnya adalah China itu satu adanya. Taiwan adalah China Sesat yang pada waktunya nanti akan kembali ke pangkuan nasional China Kontinental. Sementara AS tetap konsisten mengintimidasi Korut ntah melalui latihan militer bersama dengan Korsel atau mendatangkan kapal-kapal perang dari Armada Pacificnya ke Korsel, tapi ini selalu dibalas Korut dengan intimidasi serupa yang tak kalah ganasnya ntah itu peluncuran rudal jarak menengah melintasi Jepang yang adalah puppet AS atau ICBM yang ditembakkan ke perairan Pacific dengan pesan kuat kalau kami mau mudah saja melontarkan ICBM ini ke daratan AS di sisi Pacific seperti LA, New Orleans dll.

ASEAN bukan proksi

Berangkat dari kenyataan politik seperti inilah Presiden Jokowi dalam KTT 18 negara Asia Timur, yi 10 anggota ASEAN plus 8 negara Asia Timur, termasuk AS dan Ausie, pada 14 Juli lalu memperingatkan ASEAN tidak bisa menjadi proksi dari negara mana pun, sehubungan dengan ketegangan AS-China yang semakin meningkat terkait isu-isu di AsPac.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline