Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Oret-Oretan Seputar Kajoetangan Heritages di Kota Malang

Diperbarui: 13 Juli 2023   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengamen Jalanan yang dinilai profesional bebas ambil pentas di trotoar Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.

Oret-Oretan Seputar Kajoetangan Heritages di Kota Malang

Kajoetangan Heritages adalah sebuah kawasan wisata kota yang baru dikembangkan Pemkot Malang, Jatim. Meski baru 1 tahun terakhir ini resmi digunakan, tapi semakin ramainya pengunjung lokal maupun turis asing yang berdatangan di malam hari, maka Pemkot Malang harus menyikapinya dengan positif seraya memperhatikan masukan dari segala arah sejauh relevan dengan pengembangan kepariwisataan kota.

Gagasan ini berawal dari keprihatinan bahwa kota Malang, apabila dibiarkan berkembang begitu saja,  berkecenderungan akan meninggalkan keanggunan perkotaan tempo doeloe legacy Belanda, karena didesak oleh percepatan pembangunan dan pengembangan kota, khususnya pesatnya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Santai di Hungry Kitchen, Ijen Besar, kota Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Peletak dasar Kota Malang baik dalam gagasan maupun visi modern pada awal abad 20 jelas adalah Belanda. Ada tahapan-tahapan pembangunan yang dilakukan Belanda untuk itu. Sebagai awal setelah residensi "Kaum Londo" atau Elit Belanda di Ijen Besar selesai dibangun, menyusul Kajoetanganlah yang dikembangkan. Catatan sejarah menegaskan bahwa kawasan ini dulu adalah pusat perniagaan pertama pada zaman Belanda dan disitu pula Balaikota pertama Malang dibangun meski jejaknya tak kelihatan lagi.

2020 Pemkot Malang mulai mengembangkannya, dengan pertama-tama memperlebar trotoar sepanjang Kajoetangan dan menanaminya dengan pohon kanopi medium yi Pohon Tabebuya, sebuah jenis tanaman hias sekaligus peneduh dari Amerika latin, yang sukses ditanam di Surabaya di bawah Walikota Risma ketika itu. Tak lupa kiri-kanan jalan dilengkapi dengan lampu-lampu hias jadul yang tiang dan kubahnya tempo doeloe dicopy oleh pengrajin besi Malang dari desain Eropa, dan setelah rapi menyusul bangku-bangku duduk antik terbuat dari besi ditanam permanen berbanjar di sepanjang trotoar yang telah dilebarkan itu.

Grup Tugu dengan Kawisari Koffie-nya sudah aktif di Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.

Pengembangan kawasan ini yang semula banyak dicecar kritik, ternyata terbukti  memiliki potensi yang menarik dan memiliki keberlanjutan yang baik dalam jangka panjang.

Mindset Baru

Belajar dari pengembangan awal, menyusul pengembangan lain yang serupa tapi tak sama karena terletak agak jauh di sebelah barat yang sekarang jadi jalan alternatif ke kawasan wisata Batu, yi Jln Joyoagung Raya tak jauh dari Kompleks Joyogrand, Merjosari, dimana sudah banyak kafe-kafe buat destinasi atau sekadar cangkruk turis lokal maupun mancanegara setelah seharian berwisata menjelajah Malang Raya ntah itu Batu, Lereng Bromo, Kawi, Sendangbiru di Pantai Selatan, situs Kanjuruhan, Singosari dll.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline