Ngaca: Starbucks dan Pendapatan Kitorang
Starbucks adalah pengecer kopi spesial terkemuka di dunia, memproduksi dan menjual berbagai macam minuman, serta kue kering dan jajanan manis, melalui sekitar 8.400 kedai kopi di 30 negara di seluruh dunia.
Starbucks juga menjual biji kopi ke maskapai penerbangan, restoran, bisnis, dan hotel; memproduksi peralatan dan asesoris yang berhubungan dengan kopi, dan memproduksi teh premium dan compact disc bermuatan perkopian melalui toko ritel yang sebagian besar dioperasikan oleh perusahaan.
Dalam empat tahun sejak go public, rantai kedai kopi ini telah menjadi sangat sukses dengan mengubah citranya di dunia menjadi produk premium, dikemas dengan nama merek yang diakui secara luas dan dibudidayakan dan/atau dikembangkan dengan hati-hati.
meluas jauh melampaui apa yang ada di cangkirnya. Starbucks adalah merek yang ditentukan oleh sikap dan juga oleh produk. "Pengalaman" Starbucks lebih dari sekadar infus espresso setiap hari; ini tentang bagaimana pembenaran dan perlindungannya secara politis dan membangunkembangkan gaya hidup sehari-hari.
Dari awal yang tidak mencolok sebagai toko pakaian di pasar 38 tahun yang lalu, Starbucks telah berkembang menjadi salah satu merek yang paling banyak dibicarakan di portibi atau dunia ini. Apa yang benar-benar memicu sekering di bawah Starbucks bukan hanya komitmennya pada biji kopi yang lebih baik tetapi juga langkahnya ke penjualan eceran kopi per cangkir. Toko-toko itu didekorasi dengan tong-tong berisi biji kopi, foto-foto pohon kopi, dan rak-rak berisi perlengkapan kopi yang mengkilap. Karyawan dilatih untuk mendidik pelanggan tentang apa yang mereka minum dan mengapa rasanya enak. Bagi banyak orang, pengalaman itu begitu memikat sehingga Starbucks menjadi tempat berkumpul yang alami, dan itu membuat merek itu akrab bagi generasi milenial, bahkan generasi sandwich dan generasi rebahan sekarang.
Hanya dalam konteks Indonesia dan negara-negara sejajar Indonesia lainnya, harga starbucks relatif mahal untuk pendapatan rata-rata Indonesia.
Gaji rata-rata orang Amerika per bulan adalah Rp 45 juta, maka adalah pantas harga Starbucks di AS Rp 50 ribuan/US $ 3.26 per cangkir. Tapi dengan persamaan : (50.000/45.000.000) x 100% = 0.1%, Starbucks hanya murah bagi orang Amerika. Bagaimana tidak, itu hanyalah 0.1 persen atau seupil saja dari total pendapatan dalam satu bulan.
Coba pendapatan "kitorang" (kita orang) di Indonesia. Proporsi 0.1 persen dari total pendapatan per bulan kita sebut murah, dan di atas 0.1 persen berarti mahal.
Kita ambil percontohan di 3 kota besar di negeri ini :