Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Ganjar Pranowo Capres PDIP dan Perubahan Total Peta Pilpres 2024

Diperbarui: 25 April 2023   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Suasana simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2024 di kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Selasa (22/3/2022).  (Foto: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

PDIP resmi mengumumkan nama Ganjar Pranowo sebagai Capres untuk Pemilu 2024. Deklarasi pencapresan Ganjar diumumkan oleh Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di Istana Batu Tulis, Bogor, Jabar, pada Jumat 21 April 2023 ybl.

Pengumuman ini kontan mendapat respon luarbiasa dari para politisi, termasuk tentu di akar rumput yang sejak 2021 sudah lama menggadang-gadang Ganjarlah Capres ideal pengganti Jokowi.

Sementara PDIP beberapa tahun terakhir ini masih menimbang-nimbang sikon masyarakat sekarang setelah gaduh luarbiasa Pilkada DKI Jakarta 2017 Ahok Vs Anies yang berdampak nasional yang telah mempolarisasi bangsa sedemikian rupa antara Cebong dan Kadrun. 

Bermula dari kelompok radikal yang memanipulir ayat-ayat suci dengan tafsir ketat mengkhusus pada penistaan agama terkait isu kepemimpinan sekalipun tidak demikian substansinya. 

Ahok adalah sasaran politik identitas ketika itu. Polarisasi ini semakin dahsyat pada Pilpres 2019 Jokowi Vs Prabowo yang sampai harus ke sidang Mahkamah Konstitusi, bahkan ada acara presiden-presidenan segala di Hambalang.

Meski di penghujung kepemimpinan Jokowi teater politik anak bangsa terkesan sudah mulai adem, khususnya setelah Prabowo diberi kursi Menhan di Kabinet Jokowi. Tapi upaya untuk menarik simpati publik dengan menunggangi agama memang belum banyak berubah. 

Bisa jadi, rakyat pemilih semakin cerdas sekarang ini, tapi para konsultan semacam Eep Syaefulloh Fatah yang dulu memberi rekomendasi politik agar Anies memanfaatkan para pendakwah menjadi juru kampanye di mimbar tempat peribadatan, dipastikan akan tetap menyeruak, sebagaimana pertempuran hatred baru saja tentang boleh-tidaknya Israel ikut U20 di Indonesia.

Toh akhirnya seorang nasionalis seperti Ganjar dan Koster "terpaksa" menolak kehadiran Israel di bumi Indonesia. Mengapa? Ini tentu tak lepas dari strategi partai yang tak ingin sebagian akar rumput yang diprovokasi kalangan radikal akan berbalik menjadi lawan-lawan politiknya. 

Interest group ala Indonesia memang akan tetap seperti ini, sampai ada kepastian perubahan wawasan internasional bangsa ini pada Indonesia Jaya 2045 sebagaimana visi Pemerintahan Jokowi sejak pengukuhan periode keduanya pada 2019 lalu. 

Selaku politisi senior berusia 76 sekarang, Mega tentu telah mengantasipasi arus hatred semacam ini yang bakal dijadikan senjata oleh lawan-lawan politiknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline