Dakwaan Terhadap Trump dan Dampaknya Terhadap Dunia
Mantan Presiden AS ke-45, Donald Trump berurusan dengan hukum. Ia dikenakan 34 dakwaan dari sejumlah kasus yang terjadi sejak Pilpres AS 2016, mulai dari suap hingga pemalsuan catatan bisnis.
Dunia tak terlalu terkejut karena sejak Pilpres 2016, AS memang diliputi paradoks yi sudah sampai dimana mereka. Apakah harus sibuk terus ngurusi dunia atau kembali ke internal AS dimana kejahatan semakin membengkak karena arus drug yang tak terbendung dari Amerika Latin, khususnya Mexico dan Colombia. Sampai banyak orang AS yang mengidolakan Pablo Escobar dan El Chapo ketimbang mengidolakan pemimpinnya sendiri.
Sementara Republik dan Demokrat yang sedang bertarung dalam Pilpres AS sibuk dengan agenda kampanye mereka. Demokrat misalnya bekoar besar tentang keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS dalam pemenangan Trump. Tuduhan yang tak pernah terbukti. Republik bekoar besar tentang merosotnya pengaruh AS di pentas global, karena faktor Obama dan Demokrat.
Hiruk-pikuk Exercise of Power di AS tak bedanya dengan percaturan kekuasaan di negara demokrasi manapun di dunia ini, termasuk Indonesia yang selalu digaduhkan politik identitas. Yang penting capres yang dijagokan bisa meraup suara sebesar-besarnya dari konstituen. Itulah demokrasi kini yang ujung-ujungnya cenderung oligarkis.
Begitu lengser dari kepresidenannya pada Januari 2020 yang diwarnai kericuhan para pendukungnya yang mendemo kecurangan Demokrat di Capitol Hill, Trump yang menuding kecurangan Demokrat itu tak lama kemudian didakwa si penghasut yang mencoba menggagalkan Biden menjadi presiden AS.
Trump berbalik menyemprot tudingan itu sebagai kejahatan politik yang mencoba melegitimasi hasil pemilu yang curang. Setelah dibebaskan dari gembok pembungkamannya selama 2 tahun ini, termasuk oleh media facebook dan twitter, Trump yang dulu gagal dituntut kini diperhadapkan dengan tuntutan lain yang telah memberi Joe Biden tema yang disukainya sekarang yi kebutuhan untuk memperkuat institusi demokrasi.
Pada tahun-tahun sejak Donald Trump pertama kali berkampanye untuk Kepresidenan, dia telah diselidiki untuk segala jenis pelanggaran, yang tidak dapat ditembus, dan setiap kali ditekan dia selalu berusaha untuk kembali ke jalurnya. Pada 25 Maret, beberapa hari setelah Trump mengatakan bahwa dia akan segera ditangkap, menyusul dakwaan di New York, dia memulai kembali kampanye untuk Pilpres 2024 dengan rapat umum di Waco, Texas. Kampanye Trump kali ini persis di lokasi warga yang tidak mempercayai pemerintah, dan unjuk rasa yang terjadi saat itu menjadi kecaman terhadap Departemen Kehakiman.
Bagi Trump, meminta dukungan dan mengeluarkan ancaman terhadap legitimasi proses demokrasi sekarang seringkali merupakan hal yang sama. Setelah sebelumnya menyebut Jaksa Distrik Manhattan, Alvin Bragg, "korup", Trump juga memperingatkan "potensi kematian dan kehancuran" jika dia didakwa.
Jika ancaman Trump itu dimaksudkan untuk mencegah penuntutan, itu sementara ini tidak berhasil. Trump tetap didakwa, dan akan diadili oleh jaksa Bragg. Tidak ada mantan Presiden AS yang pernah menghadapi tuntutan pidana seperti itu, kecuali pembunuhan politik seperti pada Abraham Lincoln dan John Fitzgerald Kennedy. Trump akan menghadapi puluhan dakwaan. Banyak hal tentang kasus ini masih belum diketahui. Dakwaan kemungkinan akan tetap disegel sampai tiba masa persidangan yang pasti, tetapi tim Bragg telah menyelidiki dugaan pembayaran kepada mantan pemain film dewasa Stormy Daniels selama kampanye 2016.