Catatan perjalanan Lintas Indonesia Tengah beberapa waktu lalu adalah sebagian dari catatan kekayaan wisata nusantara yang saya miliki, yang saya pikir sayang untuk dilupakan begitu saja.
Perjalanan panjang yang saya tempuh ketika itu dengan mobil yang saya kenderai sendiri diawali dari Dili (Timtim), kemudian berlanjut secara Marathon ke Kupang (Timor barat), Ende (Flores tengah), Labuan Bajo (Flores barat), Sape (Sumbawa timur), Foto Tano (Sumbawa Barat)- Kayangan (Lombok timur)- Lembar (Pulau Lombok) - Benoa-Gilimanuk (Bali) - Ketapang (Banyuwangi)-Jombang-Yogyakarta-Bandung-Sukabumi hingga sampai ke Jakarta.
Selat yang saya seberangi meliputi 5 selat yaitu selat Ombai, selat Sape, selat Sumbawa, selat Lombok dan selat Bali serta ribuan kilometer jalan darat melintasi 6 pulau (pulau Timor, Flores, Sumbawa, Lombok, Bali dan pulau Jawa).
Selat Ombai
Catatan sepanjang Dili-Kupang Timor barat, saya anulir dulu. Setelah catatan khusus Flores, kapan waktu catatan itu akan saya torehkan disini.
Kita langsung saja ke Pelabuhan Tenau, Kupang. Pelabuhan laut yang masih sederhana ini sudah banyak bercerita betapa NTT telah banyak dibantunya dalam perdagangan interinsuler atau antar pulau. Kapal penumpang seperti KM Dobonsolo merapat disini. Tapi yang utama dari semuanya itu adalah Kapal Ferry dengan rute Tenau-Larantuka, Flores Timur dan rute Tenau-Ende, Flores Tengah.
Perjalanan Ferry Tenau-Ende menyeberangi Selat Ombai yang lumayan lebar memakan waktu kurang lebih 10 Jam. Ferry itu bermuatan padat-merayap, ya mobil, ya manusia dan barang-barang yang mengiringinya. Syukurlah nggak ada yang membawa ternak katakanlah Babi sebagaimana kalau kita naik bus antar kabupaten di Timtim.
Sebuah kenangan unik, betapa Babi tsb digendong pakai parompa atau kain gendongan, tak ubahnya bayi. Entahlah kalau B2 atau Pig tsb berukuran gemuk dan besar. Masih juga digendong nggak. Hadehh Timtim. He He ..