Mimpi Buruk Nato, Rusia Menepis Barat Di Ukraina
Perang Rusia Vs Ukraina sudah kl 188 hari atau sudah 6 bulan dan sekarang memasuki bulan ketujuh.
Kegagalan awal Rusia tidak bisa begitu saja dijadikan ukuran bahwa Rusia pasti dapat dipatahkan barat dengan segala bantuan persenjataan kepada Ukraina dan retorika politik serta kampanye militer yang mereka lakukan di Ukraina dan seantero dunia.
Sanksi keuangan dunia barat memang seolah melelahkan Rusia saat melewati rintangan terakhir untuk menguasai propinsi Donbas Luhansk.
Dengan jatuhnya kota Lysychansk, pasukan Rusia telah beralih ke Kramatorsk dan Slovyansk - kota-kota terdepan di wilayah Donetsk yang berdekatan.
Tembakan artileri menghujani kedua kota saat pasukan Rusia dengan kelompok separatis bergerak untuk menguasai tenggara Ukraina - memperkuat formasi Rusia hingga ke Krimea, bekas wilayah selatan Ukraina yang dianeksasi Rusia pada tahun 2014.
Kemenangan strategis atas Donbas akan mengimbangi kegagalan awal di Ukraina tengah dan memungkinkan Rusia untuk melakukan regrouping untuk menekan Kyiv agar menyerah.
Meskipun terlihat adanya sedikit gesekan dalam pasukan Rusia, serangan rudal yang intens telah dilanjutkan di Kyiv dan Kharkiv, sementara pasukan pertahanan Ukraina bersiap untuk melancarkan serangan balasan untuk merebut kembali Kherson. Koalisi Barat mengetahui perubahan ini - meskipun terkesan sedikit terlambat meresponnya.
KTT G7 minus Rusia adalah ejekan yang ingin digambarkan Barat. Melarang impor emas dari Rusia dan memperdebatkan batasan harga minyak adalah topik utama dari pertemuan tersebut.
Boleh jadi, embargo ekspor emas akan merugikan perekonomian Rusia. Rusia memiliki cadangan emas sekitar US $ 100-140 miliar -- sekitar 20% dari total kepemilikan bank sentralnya.