Cangkruk Bersama Andi Arifudin Di Warkop Klodjen Djaja 1956 Kota Malang
Cuaca kota Malang terasa hangat dan sejuk pada Senin pagi 25 April itu. Merasa harus bergerak ya iya, karena hari-hari sebelumnya terpaksa heneng hening di rumah, karena Malang diguyur hujan tiada henti.
Raun-raun atau dolan-dolan kali ini masih dalam suasana bulan puasa, tapi sudah di penghujungnya. Rasa terkuat yang sontak muncul ketika itu adalah melihat kembali suasana perkopian di kota Malang, mumpung sudah dibooster Astra Zeneca dan pastinya mumpung hujan lagi tidak mendera kota Malang.
Selintasan tadi lewat BTPN, Kantor Pos dan Bank BRI di Pattimura sepertinya orang banyak lagi antri. Telisik punya telisik oalah ternyata outlet umum itu lagi bagi-bagi THR buat ANS, bahkan sudah sejak Rabu 20 April lalu. Pantesan!
Kita tinggalkan dulu antrian meriah menyongsong lebaran 2022 yang kian mendekat itu, kita langsung saja ke sebuah nama yang semuanya pakai ejaan Ophuysen yi Warkop Klodjen Djaja 1956 di bilangan Klojen, persisnya di Jln. Cokroaminoto No. 2. Ada apa dengan 1956, bukankah tahun itu terjadi krisis Suez pertama pasca PD II dan kalau nggak salah Indonesia begitu gagahnya membatalkan KMB termasuk status Papua. Belanda kebakaran jenggot. 1956 inilah yang memicu pembebasan Irian Barat nantinya.
Tapi ini kota Malang. Saya yakin tahun 1956 boleh jadi masih beraroma Belanda sekali sebagaimana banyak jejaknya yang kita temui di kota sejuk ini. Jangan-jangan masih ada dansa-dansi ala Belanda di bilangan Ijen Besar yang adalah salah satu ikon Malang tempo doeloe.
Dari pikiran yang berdelusi tentang kota Malang tempo doeloe yang dikaitkan dengan angka 1956 itu, singkat cerita akhirnya saya ketemu dengan sosok yang memang saya ingin temui, yi owner Warkop Klodjen Djaja 1956.
Lelaki yang mendekati usia separuh baya itu ternyata bernama Andi Arifudin. Ia kebetulan ada di warkopnya pagi itu.