PPKM Level 3 yang seharusnya diterapkan pemerintah pada Nataru 2021/22 (Natal dan Tahun Baru) dibatalkan pemerintah belum lama ini, dengan fakta bahwa setelah serangan Delta berhasil dilandaikan beberapa waktu lalu, ternyata gebrakan itu berhasil, seraya tak mengabaikan virus corona yang meski sudah tiarap tapi masih lirak-lirik kapan lagi melakukan serangan.
Tak heran, pemerintah melunak dengan hanya meminta daerah agar tetap konsisten mengawasi pergerakan pandemi di daerahnya masing-masing.
Maka meski New Years Eve atau malam tahun baru Pk. 00-00 tak diizinkan rame-rame berkumpul di katakanlah bundaran Thamrin atau Monas, tapi rakyat bebas bergerak kemanapun sesuai protokol kesehatan.
Yang mau melancong jarak dekat, jarak sedang dan jarak jauh, okay. Nggak ada masalah, sejauh puro-puro atau dompet masih terasa tebal dan bukan ditebal-tebalin. Tuh beberapa penulis pariwisata sudah ada yang menawarkan dolan-dolan ke kota lama Batavia, Semarang, Medan, Surabaya.
Ya keempat kota besar itu punya apa yang disebut sebagai kota lama yi tempat hunian pemerintah kolonial Belanda beserta aparat niaga VOC tempo doeloe. Obyek wisata sejarah-lah kl begitu. Yang lainnya menawarkan alam dan budaya seperti Danau Toba, Maluku utara dan Sentani di Papua sana.
Tapi yang gampang, tak usah rogoh kocek sampai jutaan rupiah segala, saya pikir setelah delak-delok beberapa saat lalu mal-mal dan retailer-retailer di sekujur Jabodetabek, tuh mulai kelihatan buah-buah bagus dijajakan di rak-rak mereka yang penataannya telah diatur sekeren mungkin.
Kemarin-kemarin buah Mangga, utamanya eks Indramayu, tapi kini sudah menghilang dari rak. Yang permanen sepertinya hanya anggur, jeruk dan apel impor.
Dan sekarang ini dalam rangka songsong Nataru 21-22 muncul Durian atau Duren jenis Monthong. Kalau di jalanan sepertinya aneka duren lokal sudah mulai diperagakan baik eks Jawa tengah, Jawa timur, Bogor, kecuali barangkali Duren Papua atau Pahae atau Angkola yang terlalu jauh untuk didatangkan ke Jabodetabek, kecuali Pisang Barangan eks Deli Serdang Sumut.
Boleh jadi yang terakhir ini sudah punya mata rantai sendiri yi bagaimana cara pemasokannya ke Jabodetabek dan para pemainnya pun adalah orang-orang Tapsel, padahal harga tertinggi satu sisir hanya Rp 25.000.
Ini tentu ada kiat tersendiri, meski ditanam di pojokan Bogor atau Citayam misalnya, tapi karena bibitnya Barangan ya namanya pun tetaplah Pisang Barangan, Bye Bye Deli Serdang Sumut. Yang penting kiat. Iya toh! He He ..